Nasib! Pengusaha Amerika Curhat Masih Bergantung pada Pasokan China di Tengah Wabah Corona
Para pengusaha dan perusahaan dari Amerika Serikat masih bergantung pada pasokan dari pabrik di China. Namun, hal tersebut masih terbatas sebab wabah virus corona yang menghambat pertumbuhan ekonomi global. China adalah salah satu pusat manufaktur dunia, karena itulah wabah tersebut ikut mempengaruhi perekonomian dunia.
Direktur dari Global Sourcing San Fransisco sebagaimana dilansir dari VOA di Jakarta, Kamis (27/2/2020) Michael Brandon mengatakan bahwa pihaknya mengandalkan sejumlah pabrik di China untuk memproduksi produknya.
Baca Juga: Tak Berdaya Hadapi Corona, Pasar Saham Melemah 6,62%
“Beberapa hari ke depan, sejumlah pabrik kemungkinan kembali beroperasi. Saya pikir pada saat itu, kita dapat mengetahui apakah virus corona ini benar-benar menjadi masalah bagi kami,” tandasnya.
Setiap tahun, bisnis AS sudah mengantisipasi melambannya produksi pabrik-pabrik China khususnya di sekitar liburan Tahun Baru Imlek. Namun, akibat dari virus korona kali ini, pemerintah China memperpanjang masa liburan yang mempengaruhi sejumlah besar pabrik pemasok.
Produsen mobil Korea Selatan, Hyundai untuk sementara juga turut menunda produksinya karena keterbatasan pasokan suku cadang dari China. Selain itu, sejumlah perusahaan di bidang farmasi, elektronik, otomotif, dan ritel paling terpukul dan menghadapi kenyataan pahit yakni tidak banyaknya alternatif bagi sejumlah perusahaan AS yang bergantung pada manufaktur dari China.
Jay Cheng, direktur kebijakan publik untuk Kamar Dagang AS di San Francisco menjelaskan bahwa hal ini sangat berdampak pada perusahaan-perusahaan di AS.
“Apa yang berdampak pada China, berdampak pada San Francisco. China adalah mitra ekspor utama kami di Bay Area. ... Jadi, apa pun yang secara ekonomi atau budaya atau dari aspek kesehatan yang berdampak pada China pasti secara ekonomi akan berdampak bagi kami di Bay Area, San Francisco.”
James Bolton, Direktur Operasional Pablo Designs, sebuah perusahaan desain lampu di San Francisco juga mengemukakan sebagian besar produksinya ada di China.
“Saya kemungkinan akan WeChating dengan kontak-kontak saya di China dan mencoba untuk memahami dampak nyata dari penutupan pabrik sekaligus jalur komunikasi resmi sementara penutupan berlangsung,” kata Bolton.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: