Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bakso Jadi Makanan Sejuta Umat, Begini Trik Memenangkan Persaingan

Bakso Jadi Makanan Sejuta Umat, Begini Trik Memenangkan Persaingan Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bakso yang dikenal sebagai makanan sejuta umat masih dipandang sebagai bisnis yang menjanjikan. Bukan bisnis kaki lima yang biasa mangkal di pinggil jalan, melainkan makanan ini juga masih cocok disajikan di tempat makan berkelas seperti restoran.

Besarnya bisnis bakso dilirik Bedi Zubaedi, maestro di bidang waralaba khususnya Food & Beverage. Pria 56 tahun yang telah melahirkan beberapa brand sukses baik dikelola sendiri maupun bisnis dengan konsep kemitraan ini meluncurkan brand baru "Makan Bakso".

Baca Juga: Generasi Ketiga TAN Group Ekspansi ke Bisnis F&B

Meskipun masuk di kategori bisnis yang sudah lazim ditemukan di setiap sudut kota, Bedi sangat optimis bisnis yang dibalut dengan konsep kekinian dengan berkonsentrasi terhadap kualitas produk dan keunikannya akan sangat mampu bersaing dengan merek yang sudah ada. Makan Bakso menghadirkan bakso dengan konsep yang berbeda, dengan jaminan utama kebersihannya, kehalalan menu yang unik, dan harga terjangkau.

"Memang, kategori bakso masuk ke dalam 'makanan sejuta umat'. Akan tetapi, jika yang ditawarkan adalah konsep baru dan menu yang unik, saya percaya 'Makan Bakso' akan menjadi pilihan utama para Bakso Lover," katanya di acara opening sekaligus launching Resto Makan Bakso, Selasa (10/3/2020).

Bedi menjelaskan, Makan Bakso menyediakan beragam menu bakso: bakso polos, urat, jumbo, dan ditambah bakso kekinian dengan isi keju, mozarela, serta yang paling istimewa adalah bakso Tamago (telur ceplok setengah matang yang disajikan di atas bakso dan mie).

Cita rasa istimewa Makan Bakso tertuang di dalam kuah kaldunya: ada consommé, sumsum, iga, ditambah baksonya yang lezat dan sensasi paduan telur setengah matang membuat menu Makan Bakso memiliki gizi dan energi yang tinggi.

Dalam menjaga kualitas baksonya, Makan Bakso menjaga mata rantai proses pembuatannya mulai dari daging sapi Bali segar hasil potongan langsung, kemudian diolah menggunakan peralatan yang seluruhnya stainless steel. Selanjutnya, dikirim ke cabang-cabang sesuai standar sehingga jaminan 99% kualitas tinggi terjamin.

"Karena bisnis F&B tentu DNA-nya ada di produk sehingga menjaga kualitas produk dan layanan merupakan kunci paling penting," papar Bedi.

Benita Adzani, Managing Director Makan Bakso mengungkapkan, di tahun 2020 ini Makan Bakso menargetkan dapat memiliki 10 resto milik sendiri. Benita meyakini target itu akan terpenuhi, bahkan bisa saja terlampaui dengan dukungan penuh dari Bedi Corporation yang expert bisnis makanan dan terbukti dengan setiap brand yang dibangunnya selalu diterima market, serta mengikuti perkembangan zaman dan tren.

Seperti halnya bisnis-bisnis di bawah Bedi Corporation sebelumnya yang membuka peluang kemitraan, Makan Bakso juga siap menerima calon mitra. Benita pun tidak menyangkal dengan fondasi dan profesionalitas dari manajemen, Makan Bakso memang bisa menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Terlebih lagi, Makan Bakso akan memberikan perhatian penuh atas berjalannya bisnis mitra melalui support principal.

Untuk menjadi mitra bisnis Makan Bakso, investasi yang dibutuhkan antara Rp150-Rp400 juta tergantung kondisi ruko. Dari investasi tersebut, mitra dapat balik modal (Break Even Point/BEP) dalam 18-24 bulan.

"Resto kami yang pertama, investasinya hampir Rp500 juta karena renovasi total. Dari operasional beberapa bulan pertama, investasi kami saya perkirakan akan balik dalam 24 bulan," ujar Bedi.

Tri Raharjo, Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, bisnis bakso memang generik. Namun, melihat data Google, ada 720 orang per bulan yang mencari peluang bisnis bakso dan 600 orang di antaranya mencari yang menawarkan model kemitraan.

Brand Makan Bakso sendiri, menurut Tri Raharjo, unik, mudah diingat, mudah diucap, dan sesuai dengan produk. Dengan konsep yang ditawarkan, akan dapat bersaing dengan bakso-bakso yang lain.

"Ketika bisnis akan masuk ke model kemitraan, keunikan menjadi penting. Konsep outlet juga penting menjadi standarisasi," jelas Tri Raharjo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: