Beragam Pandangan Dunia Internasional Terkait Upaya China Sebar Bantuan Perangi Wabah Corona
Perang melawan virus corona bergeser ke Eropa dan sekitarnya. China sebagai negara yang telah berhasil melewati masa kritis, memasok jutaan masker dan barang-barang medis yang sangat dibutuhkan kepada pemerintah yang sedang berjuang.
China telah memberikan 20 juta dolar AS kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk upaya melawan COVID-19. Sementara Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah membuat janji yang lebih besar untuk membantu memerangi penyakit ini, malah saat ini sedang disibukkan oleh krisis di dalam negeri.
Baca Juga: China Sumbang Ratusan Ribu Tes Kit Corona, Sayangnya Bukan ke Indonesia
Upaya China yang gencar memberikan bantuan peralatan medis, bahkan tenaga medis ke wilayah yang terserang virus corona mendapatkan tanggapan beragam. Penulis Silent Invasion: China's Influence in Australia, Clive Hamilton, mengatakan, China telah mencurahkan sumber daya yang sangat besar untuk membentuk wacana global dalam beberapa tahun terakhir.
"Ini akan menjadi kesalahan untuk meremehkan seberapa efektif kampanye internasional untuk menulis ulang sejarah virus corona," ujar Hamilton.
Tapi, profesor administrasi publik di University of International Relations di Beijing, Chu Yin, mengatakan, China tertinggal dari AS dan Eropa dalam pemahaman tentang diplomasi publik. Negara itu selalu berjuang untuk mengubah bantuan kemanusiaan menjadi pengembalian diplomatik.
"Jika orang benar-benar mengharapkan dorongan besar pengaruh China melalui bantuan, itu akan sulit," kata Chu.
Chu menekankan, sebaiknya China menempatkan bantuan sebagai bentuk perbuatan baik bagi negara lain. Dengan cara itu, ketika situasi epidemi terjadi kembali, maka akan ada balasan untuk membantu ekonomi China.
Langkah yang mendapatkan banyak sorotan saat China membantu Italia dalam menghadapi penyebaran besar virus korona di antara negara-negara lainnya. Upaya itu mendapatkan komentar karena nyatanya China bergerak atas kerja sama yang memang sudah dibangun dengan negara tersebut.
"Bukan kebetulan bahwa peta panas di mana Xi Jinping mengirim belasungkawa dan China mengirim topeng N95 tumpang tindih dengan negara-negara yang telah menunjukkan kesediaan untuk mengakomodasi China," kata mantan diplomat senior AS sekarang dengan Lembaga Kebijakan Masyarakat Asia di New York, Daniel Russel.
China bergerak cepat untuk mengirim para ahli dan peralatan ke Italia, yang tahun lalu menjadi negara Eropa barat pertama bergabung dengan Belt and Road Initiative. Program besar ini berupaya memperluas perdagangan dengan membangun pelabuhan, jalan, dan proyek transportasi lainnya.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan, Xi menjanjikan, Beijing telah menyatakan kesiapan bekerja dengan Italia untuk berkontribusi pada kerja sama internasional dalam pengendalian epidemi dan pembangunan Helath Silk Road. Keputusan ini menunjukan Cina berusaha memperdalam hubungan dengan negara-negara yang telah menerima bantuan dengan mengambil peran internasional yang lebih besar.
Setelah mendapatkan perhatian dari bantuan Italia, China pun memberikan bantuan kepada negara-negara lainnya. China pengiriman ventilator dan masker di luar negeri dan mengirim para ahli medisnya untuk berbagi pelajaran tentang keberhasilannya.
Presiden Serbia berencana untuk berada di bandara akhir pekan ini untuk menyambut pengiriman pasokan medis dari Xi. Pemerintah Xi telah menerbangkan sarung tangan dan pakaian pelindung ke Liberia. Beijing mengirimkan 100 ribu alat uji ke Filipina. Lebih dari 10 penerbangan yang membawa jutaan masker dan persediaan lainnya menuju Republik Ceko pekan ini.
Menteri Dalam Negeri Ceko Jan Hamacek menyatakan, China adalah satu-satunya negara yang mampu memasok Eropa dengan jumlah seperti itu. Terlebih lagi ketika negara-negara Uni Eropa memutuskan untuk fokus menangani penyebaran virus korona di wilayah masing-masing.
Dengan upaya bantuan barang dan tenaga medis, profesor hukum di Universitas Hofstra di New York, Julian Ku, menilai, China berharap mendapat manfaat dari kesadaran di Barat tentang betapa sulitnya mengendalikan virus.
"Kegagalan pemerintah China akan dipandang kurang keras mengingat kegagalan pemerintah lain untuk merespons secara efektif juga," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: