Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dear Pak Jokowi, Sekarang Adalah Waktunya, Waktu yang Tepat!

Dear Pak Jokowi, Sekarang Adalah Waktunya, Waktu yang Tepat! Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Makin mengganasnya pandemi corona jenis Covid-19 seharusnya menjadi momentum bagi Presiden Jokowi utuk menyatukan seluruh elemen kekuatan bangsa. Kondisi sekarang jangan sampai justru menjadi awal keretakan persatuan bangsa. Hal ini disampaikan peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah. 

“Sekarang saat yang tepat Presiden Jokowi mengundang sejumlah tokoh masyarakat, agama, akademisi, politisi  dan pihak terkait lainnya ke Istana untuk semacam rembuk nasional,” kata Toto dalam pernyataannya melalui Whatsapp-nya, Sabtu (11/4/2020).

Baca Juga: Jokowi Kembali Bagikan Sembako untuk Warga di Bogor

Jika Presiden Jokowi ingin happy ending di periode kepemimpinannya, menurut Toto, sekarang adalah waktu yang tepat. Menurut Toto, Presiden Jokowi harus membangun legacy kemanusiaan yang bisa dikenang sepanjang hayat bangsa ini.

"Bahwa di bawah kepemimpinan beliau, ancaman covid 19 yang mengerikan itu berhasil diatasi dengan menekan angka korban dan kematian,” kata Toto.

Meskipun, lanjut dia, untuk dikenang  seperti itu tidak mudah, karena banyak juga negara yang kewalahan menghadapi covid 19 ini. Paling tidak, kata Toto, Presiden Jokowi sudah membangun pondasi awal yang kokoh dengan mengundang semua elemen bangsa, untuk diminta saran dan pendapatnya serta diyakinkan untuk perang bersama melawan virus misterius ini.

Baca Juga: Dampak Baru Corona di Inggris: Mulai Terjadi Krisis Kelaparan

Dalam kontek inilah, menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, Jokowi jangan membiarkan dan dibiarkan dirinya bekerja sendiri. Melawan corona ini butuh semangat kebersamaan. 

"Dan komando ada pada dirinya,” kata Toto.

Jokowi hanya perlu meyakinkan semua elemen bangsa agar setia berada di belakangnya, bukan dibiarkan rakyat dan elemen lain jalan sendiri.

"Apalagi dengan mempertontonkan kebijakan pusat yang tidak kompak antar satu lembaga dengan lembaga lainnya,” paparnya.

Komando presiden sulit untuk jalan dan didengar rakyat. jika para pembantu Jokowi juga tidak kompak. Disinilah leadership seorang presiden diuji agar roda pemerintahan bisa berjalan efektif dan on the track.

"Jangan dibiarkan kesan menteri yang satu ke mana, menteri yang lainnya berjalan ke mana. Apalagi dalam kontek pentingnya memilih kebijakan cerdas saat darurat,” ungkap Toto.

Baca Juga: Mas Menteri Pendidikan: Dana BOS Bisa Buat Beli Paket Internet

Dalam pengamatan Toto, belakangan ini muncul kesan disharmoni  antarlembaga pemerintah, karena berbagai kebijakan blunder yang kontra produktif. Salah satunya, telegram Kapolri yang meminta aparat kepolisian di bawahnya untuk menindak tegas dan mempidanakan rakyat yang menghina presiden dan pejabat negara.

Telegram tersebut,  kata Toto, semangat awalnya terkesan seperti ingin melindungi nama baik presiden, tapi pada praktiknya sangat berpotensi merusak nama baik presiden. Hal itu karena pasal penghinaan presiden rawan disalahgunakan untuk membungkam para pengeritik presiden dan para pembantunya.

"Padahal, di tengah kondisi darurat seperti sekarang, pemerintah  justru harus mampu membangun semangat kebersamaan. Salah satunya, dengan memberi ruang terbuka untuk hidupnya aneka masukan dan kritik publik, bukan malah membungkamnya" ungkapnya.

Baca Juga: 209 Negara Hadapi Pandemi Corona, Presiden Jokowi: Masa yang Berat Bagi Kehidupan

Jokowi harusnya diberi kesempatan untuk dikenang sejarah sebagai presiden yang bukan saja berhasil mengatasi ganasnya corona, tapi juga dicatat sejarah sebagai pemimpin yang setia dan konsisten merawat demokrasi.

"Para pembantu presiden harus ikut andil agar Pak Jokowi tidak berakhir 'suul khotimah' atau buruk di akhir kepemimpinannya. Kalau pada saat awal beliau lengket dengan atribut sipil pembawa angin segar demokrasi, maka pada akhir kepemimpinannya harus dijaga jangan sampai dicatat sejarah sebagai presiden yang merusak demokrasi," ungkapnya.

Dalam kaitan inilah,  kata Toto, wajar jika mantan presiden SBY, yang selama ini dikenal pendiam, kemudian membuaat siaran pers. Isi siaran pers itu berisi statemen ajakan dan peringatan yang cukup keras dan tegas.

"Buat saya ini salah satu bentuk tanggung jawab sekaligus kasih sayang seorang tokoh bangsa, yang juga mantan presiden, terhadap keadaan yang sedang melanda bangsa saat ini. Mari kita respon sikap SBY itu dengan jernih. Dan ciptakan ruang terbuka untuk masukan masukan seperti itu," tandasnya.

Untuk itulah, Toto  menyarankan Presiden Jokowi untuk segera mengundang para tokoh tersebut, mulai dari SBY, Megawati, pimpinan Ormas, tokoh agama, akademisi, aktivis dan para pimpinan parpol untuk duduk bersama merespon keadaan buruk yang sedang melanda bangsa ini.

"Tentu, teknisnya bisa lewat teleconference dan lain-lain sejauh tetap mengikuti protokol covid 19. Adapun nama forumnya, bisa 'Rembuk Nasional', bisa 'Silaturahmi Nasional' dan lain lain. Intinya, bagaimana wabah covid 19 ini justru menjadi blessing atau berkah yang membuat bangsa ini makin bersatu," ungkap Toto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: