Saat mencari tautan yang hilang atau missing link pada rantai transmisi ini, para peneliti menemukan sejumlah petunjuk yang mengarah kepada cerpelai, musang dan bahkan penyu sebagai tempat tinggal.
Virus sejenis ditemukan pada tubuh trenggiling yang diperdagangkan. Tetapi tidak satupun spesies ini menunjukkan tanda-tanda terkait dengan wabah. Yang kita ketahui adalah bahwa kontak kita dengan perdagangan satwa liar membuat kita menghadapi risiko.
"Bagian yang paling penting adalah usaha untuk memastikan kita tidak membawa satwa liar berhubungan langsung dengan kita sendiri atau dengan binatang domestik lainnya,” kata Prof. Wood.
Tetapi mengatur perdagangan satwa liar di dunia bukanlah hal yang mudah dilakukan.
“Telah dilakukan berbagai kampanye untuk melarang semua perdagangan binatang dan semua kontak dengan satwa liar,” kata Prof. Wood.
“Tetapi biasanya yang dilakukan adalah menghukum orang-orang paling miskin dunia. Dalam sejumlah kasus, penerapan langkah tersebut membuat mereka akhirnya berdagang dengan sembunyi-sembunyi, sehingga semakin sulit untuk melakukan apapun.”
WHO telah mendesak diterapkannya standar kebersihan dan keamanan yang lebih ketat terkait dengan pasar basah China. Tetapi dalam sejumlah kasus – seperti perdagangan bushmeat di Afrika Sub-Sahara yang dikaitkan dengan wabah Ebola – pasar merupakan tempat yang tidak resmi sehingga sulit untuk diatur.
"Anda tidak bisa melakukannya dari sebuah kantor di London atau Jenewa; Anda harus melakukannya di lapangan di setiap negara,” kata Prof. Wood.
Dr Maria Van Kerkhove sepakat: "Sangat penting untuk bekerja sama dengan penduduk dan orang-orang yang melakukan kontak manusia/binatang – orang yang bekerja dengan satwa liar.â€
Diperlukan usaha global yang cukup rumit. Tetapi wabah Covid-19 sepertinya telah memperlihatkan akibatnya jika hal ini tidak dilakukan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: