Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Tumbuh Meski di tengah Pandemi, Bos Danareksa Investment Beberkan Jurus Jitunya

Masih Tumbuh Meski di tengah Pandemi, Bos Danareksa Investment Beberkan Jurus Jitunya Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 sudah melanda dunia awal tahun 2020 hingga kini. Berawal dari China, penyakit karena virus corona jenis baru itu menyebar dengan cepat ke seluruh dunia hingga menjadi pandemi. 

 

Di Indonesia, wabah akibat virus corona jenis baru ini sudah berjalan lebih dari dua bulan sejak kasus pertama diumumkan pada awal Maret lalu. Berawal dari Jakarta sebagai episentrum, Covid-19 kini sudah tersebar di berbagai provinsi.

 

Pandemi Covid-19 memukul perekonomian di seluruh dunia. Pembatasan pergerakan sosial membuat aktivitas perekonomian melambat bahkan sebagian sektor berhenti. Pada triwulan pertama 2020 ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang Indonesia tercatat kontraksi antara lain Singapura -2,20%, Uni Eropa -2,70% dan China -6,80%. 

 

Baca Juga: Kebijakan OJK Perkuat Dunia Usaha dan Perbankan di Tengah Pandemi Covid-19

 

Beberapa negara masih tumbuh positif namun menurun bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2019 seperti Amerika Serikat dan Vietnam yang pada triwulan 2019 tumbuh 2,30% dan 6,79% maka pada triwulan pertama 2020 mengalami penurunan pertumbuhan menjadi 0,30% dan 3,82%. 

 

Perekonomian Indonesia juga turut terkena dampaknya. Pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,97% di triwulan 4 tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97% pada triwulan pertama 2020 ini.

 

Pasar modal sendiri sudah bereaksi mengingat kondisi ekonomi yang dipenuhi ketidakpastian ini di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam ke level terendahnya dalam tahun ini pada 24 Maret lalu. Hingga kini Indeks masih bergerak flat pada level 4.500. 

 

Baca Juga: Investor Asing Lari dari Pasar Modal Indonesia, Ini Faktor Utamanya

 

Nyaris seluruh sektor perekonomian terdampak dari pembatasan sosial, perubahan pola hidup masyarakat, dan menurunnya permintaan. Transportasi, pariwisata, discretionary good and services, adalah sektor yang sangat terimbas. Banyak buruh diberhentikan dan sektor informal secara umum berhenti.

 

Danareksa Investment Management (DIM) sebagai manajer investasi mengkaji risiko-risiko yang diambil dalam keputusan investasinya. Walaupun risiko adalah bagian melekat dalam aktivitas berinvestasi, pengelolaan risiko secara terukur tetap menjadi bagian dari proses investasi di DIM.

 

Chief Executive Officer DIM, Marsangap P Tamba, menyebutkan per triwulan I pangsa pasar DIM tercatat tumbuh dari 4,2% menjadi 4,8%. YTD April 2020, dana kelolaan tumbuh 4% menjadi sebesar Rp35 triliun, di mana lebih dari 60 % investasi DIM ada pada instrumen pendapatan tetap termasuk pada obligasi pemerintah dan obligasi korporasi dengan rata-rata peringkat kredit AA. Instrumen ini menjadi faktor utama pertumbuhan dana kelolaan reksa dana DIM selama empat bulan terakhir yang bergerak dari Rp22,7 triliun menjadi hampir sebesar Rp25 triliun.

 

"Kami tentu akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan Investor dan perkembangan ekonomi untuk dapat memberikan nilai tambah jangka panjang buat para Investor," kata Marsangap Tamba.

 

Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Indonesia Butuh Investasi Besar

 

Sementara itu, untuk portofolio saham DIM dari beberapa produk reksadana berbasis saham saat ini ditempatkan secara rata-rata pada saham-saham berkapitalisasi besar dengan histori laba yang baik. Tingkat likuditas dari berbagai portfolio DIM saat ini cukup tinggi dan ditempatkan pada bank bank besar atau rata-rata pada bank buku III. Preferensi ini cukup penting untuk menopang kelanjutan investasi jangka panjang.

 

"Kami menyadari fluktuasi jangka pendek akan terus berlanjut di masa yang sulit ini. Pemilihan terhadap instrumen yang lebih likuid dan berkualitas tinggi tentunya akan terus menjadi fokus kami sambil memantau peluang yang mungkin terjadi," kata Marsangap Tamba.

 

Dia menambahkan, kebersamaan Pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk melewati masa situasi sulit ini. Istilah new normal mulai sering disebut-sebut sebagai tatanan baru kehidupan usai  wabah dari virus corona jenis baru ini.

 

Saat ini pandemi COVID-19 di Indonesia sudah terjadi dua bulan lebih sejak kasus pertama diumumkan pada awal Maret 2020. Sejauh ini sudah tercatat lebih dari 15 ribu kasus dengan pertambahan harian yang masih konstan. Sejalan dengan hal tersebut, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diterapkan di beberapa daerah dan respon masyarakat dalam menghadapi krisis di mana pentingnya disiplin menjaga jarak dan menjaga kesehatan diri semakin meningkat.

 

Sementara itu, beberapa negara sudah bersiap terhadap pembatasan yang lebih ringan untuk memastikan ekonomi bisa mulai berjalan lagi. Berbagai stimulus dan relaksasi sudah digelontorkan dalam upaya pemulihan perekonomian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: