Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Manfaatkan PWMP Kementan, Petani Milenial Giatkan Diversifikasi Pakan Ternak Melalui Korporasi

Manfaatkan PWMP Kementan, Petani Milenial Giatkan Diversifikasi Pakan Ternak Melalui Korporasi Kementan | Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Bogor -

Program inisiasi Kementerian Pertanian, yaitu Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) telah menetaskan banyak pengusaha muda pertanian. PWMP merupakan salah satu program untuk mewujudkan target 2,5 juta petani milenial dalam 5 tahun. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (YSL), meyakini anak muda yang mau terjun di bidang pertanian mempunyai peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik.

Mendukung SYL, Dedi Nursyamsi selaku Kepala BPPSDMP mengatakan, “penumbuhan wirausahawan muda pertanian menjadi salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan minat generasi milenial akan dunia pertanian."

Dalam pelaksanaannya, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan banyak pihak, termasuk Perguruan Tinggi Mitra, yang salah satunya adalah IPB, Bogor. Salah satu pengusaha yang saat ini sudah berhasil adalah Tekad Urip Sujarnoko dan Ardiansah. Keduanya merupakan alumni Fakultas Peternakan IPB yang merintis usaha produksi pakan ternak yang diberi nama PT. Agro Apis Palacio.

Baca Juga: Kementan: Pandemi Tak Halangi Capaian Program Sikomandan

“Awalnya memang dedicated untuk domba dan kambing, tapi sekarang sudah mulai banyak jenis lain. Mulai dari sapi, kelinci dan ada juga untuk lele. Lele ini ada di fasilitas kami yang ada di Lebak, Banten,” ujar Ardiansah, saat ditemui di salah satu lokasi usahanya di Bogor, kemarin.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti, dan tim PWMP Polbangtan Bogor mendapat kesempatan untuk berkunjung ke sana, didampingi Iwan selaku dosen pembimbing PWMP Fakultas Peternakan IPB.

Selain di Bogor dan Banten, PT. Apis juga memiliki pabrik di Magetan. Usaha ini dirintis pada tahun 2015. Saat itu, Ardiansah dan Tekad melihat adanya peluang bisnis di pakan ternak kambing dan domba.

"Ketika tidak banyak pabrik pakan lain yang berfokus ke situ. Mungkin masih dirasa kurang ekonomis ke domba dan kambing,” lanjut Ardiansah. Saat ini kapasitas produksi PT. Apis per bulan mencapai ± 300 ton.

Ardiansah mengaku, untuk pasar terbesar masih di Jawa Barat dan Jabodetabek, walaupun di Jawa Timur sudah mulai besar statistik permintaannya. Omzet PT. Apis periode ini sudah mencapai 1,5-2 M per bulannya.

Baca Juga: Intip Strategi Kementan dalam Menjaga Ketahanan Pangan

Lima tahun berjalannya usaha, PT. Apis terus berkembang dan saat ini sudah memiliki unit usaha lain, seperti farm, pengolahan limbah, dan produksi susu. Bahkan sudah menembus pasar ekspor ke Oman, Somalia. Selain produksi pakan, terdapat unit usaha lain.

Dalam pengembangannya, Ardiansah dan Tekad merangkul banyak pengusaha muda lainnya untuk bekerjasama dengan sistem joint venture, di antaranya Richard yang memiliki usaha peternakan domba dan Praselta yang memiliki usaha aqiqah.

“Kita kemarin sudah supply ternak sepulau Jawa ya,” ungkap Ardiansah terkait kerjasamanya dengan Richard. Richard juga merupakan salah satu alumni IPB yang menerima manfaat PWMP pada tahun 2019.

Saat ini, ternak di kandangnya mencapai 200 ekor domba untuk tujuan perbesaran. Sumber pakan untuk ternaknya berasal dari PT. Apis dan fermentasi rumput yang diproduksi mandiri.

Berbeda dengan Ardiansah dan Ricard, Praselta bersama kedua temannya (Andi dan Dzaky) menekuni usaha di bidang aqiqah yang diberi nama Aqiqah Dinar. Domba yang digunakan berasal dari kandang sendiri, yang didukung oleh kedua rekanannya. “Per bulannya bisa potong domba sekitar 80 ekor,” ungkap Praselta.

Demi menjaga kualitas produknya, domba dan kambing yang digunakan berada di bawah pengawasan dokter hewan, serta pemotongan dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) berstandar ISO. “kami melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi produksi dan memberikan pelatihan kepada SDM yang kami miliki.”

“Itulah bedanya pengusaha jaman dulu dan pengusaha muda. Kalau jaman dulu, usaha dianggap sebagai kompetisi. Kalau pengusaha muda ini, justru menghilangkan kata kompetisi, yang ada kolaborasi, sinergi,” ujar Iwan.

Menurutnya, baik Ardiansah, Praselta, maupun Ricard, tidak pernah pelit membagikan ilmunya untuk sesama alumni IPB. “Tentu saja keberhasilan tersebut tidak terlepas dari dukungan PWMP Kementerian Pertanian.”

"Kami akan mendukung petani milenial ini untuk terus berkembang. Tidak hanya yang sudah besar saja, tetapi juga yang masih merintis. Kami akan hubungkan dengan pihak-pihak lain yang bisa membantu, seperti misalnya market place, atau bantuan modal, pelatihan juga bisa,” ujar Idha dalam kesempatan tersebut. (WR/VTR-Pusdiktan)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: