Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gara-Gara Covid-19 Bisnis Baja Ikutan Tekor. Krakatau Steel Siapkan Strategi Ini

Gara-Gara Covid-19 Bisnis Baja Ikutan Tekor. Krakatau Steel Siapkan Strategi Ini Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019). Pemerintah mendorong Krakatau Steel terus mengembangkan klaster industri baja untuk mewujudkan target produksi 10 juta ton baja pada tahun 2025 seiring terus berkembangnya permintaan termasuk dari negara tetangga Malaysia yang saat ini membuka pasar tanpa hambatan tarif untuk baja Indonesia setelah negara tersebut tidak lagi memproduksi HRC. | Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk pada triwulan 1 tahun 2020 berhasil meraih kinerja positif berkat adanya inisiatif tranformasi bisnis dan restrukturisasi keuangan.

Namun, sejak bulan April 2020, kondisi perekonomian nasional mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19 sehingga industri baja mengalami penurunan permintaan hingga 50%. Kondisi lesunya perekonomian diperkirakan akan terus berlanjut sampai akhir 2020.

Baca Juga: Bos Krakatau Steel Bongkar Habis Dampak Corona, Wagelaseh Industri Baja Bisa Tutup!

"Menurunnya permintaan pasar mengakibatkan rendahnya utilisasi industri. Hal ini berdampak kepada tergerusnya modal kerja dari pelaku industri karena harus menanggung beban selama 3 bulan terakhir untuk mempertahankan pabrik tetap beroperasi," jelas Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (2/6/2020).

Dia kembali melanjutkan, keterbatasan modal kerja menyebabkan sulitnya pelaku industri dalam membeli bahan baku dan membiayai operasional pabrik. Jika kondisi ini terus berlarut-larut dan tidak dilakukan langkah-langkah antisipasi, besar kemungkinan industri hilir dan industri pengguna baja akan menutup pabriknya secara permanen.

"Keadaan ini sangat berisiko bagi perekonomian nasional karena untuk menghidupkan kembali sektor industri memerlukan waktu dan biaya yang besar dan effort yang tidak sedikit," papar Silmy.

Lebih lanjut Silmy menyampaikan, industri baja merupakan "Mother of Industry" yang memiliki multiplier effect yang sangat besar khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, pengurangan ketergantungan terhadap impor, dan peningkatan daya saing industri nasional.

Krakatau Steel sebagai BUMN dengan dukungan pemerintah berinisiatif untuk menggerakkan kembali industri hilir dan industri pengguna baja agar tetap beroperasi. Industri hilir yang terdampak di antaranya industri konstruksi, baja lapis (BjLS), baja lapis alumunium seng (BjLAS) dan baja lapis timah. Sedangkan, industri pengguna baja seperti minyak dan gas, otomotif, elektronik, pertanian, fabrikator, industri makanan-minuman, dan perkakas.

Dengan inisiatif tersebut, diharapkan rantai pasok industri hulu, antara, sampai hilir dapat segera normal kembali, yang pada akhirnya akan mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Dalam rangka persiapan untuk merealisasikan rencana tersebut, Krakatau Steel telah menyiapkan langkah-langkah aksi yang diharapkan dapat langsung menggerakkan industri hilir dan industri pengguna baja.

"Mekanisme pemberian dana talangan masih dibicarakan di tingkat pemerintah, kami berharap mendapatkan mekanisme yang terbaik untuk dapat segera mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutup Silmy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: