Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Insiden Tewasnya George Floyd Membakar Semangat Negara-negara Lain buat Serang Balik Trump

Insiden Tewasnya George Floyd Membakar Semangat Negara-negara Lain buat Serang Balik Trump Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria

Iran

Beberapa negara memiliki hubungan yang tegang dengan AS, seperti Iran --negara yang berselisih dengan Washington sejak Revolusi Islam 1979 dan dikenai sanksi keras dari AS.

Segera setelah demonstrasi atas kematian George Floyd dimulai di AS, kantor berita Iran, Fars, menerbitkan komentar yang menyerukan Presiden Trump untuk menegakkan kewajiban Amerika di bawah hukum internasional untuk melindungi komunitas kulit hitamnya.

"AS mencaci negara-negara lain atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia," demikian bunyi artikel itu, "tetapi secara konsisten dan sengaja menolak mengakui dan menangani sejarah suramnya sendiri atas pelanggaran hak asasi manusia."

Media penyiaran Iran juga secara luas melaporkan cuitan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, di mana ia menyamakan kebrutalan polisi AS terhadap orang Amerika keturunan Afrika dengan sanksi terhadap Iran.

Kendati begitu, penghormatan dengan menyalakan lilin yang diadakan untuk menghormati George Floyd di kota Mashad memicu perdebatan di Twitter, yang diblokir di Iran, setelah beberapa pengguna menuduh para pemimpin Iran menampilkan standar ganda.

Seorang pengguna mengatakan ketika menyalakan lilin untuk George Floyd, pemerintah Iran telah "menangkap orang-orang yang menyalakan lilin bagi mereka yang tewas dalam kecelakaan pesawat Ukraina".

Beberapa pengguna Twitter juga membandingkan reaksi Iran terhadap peristiwa di AS dengan demonstrasi yang terjadi di Iran November lalu, yang menurut Amnesty International, lebih dari 300 tewas akibat tindakan keras polisi.

Rusia

AS juga dianggap munafik oleh media Rusia. Wartawan Rusia, Dmitry Kiselyov mengatakan bahwa jika hal yang mirip terjadi di Rusia, AS dan negara-negara lainnya akan segera menerapkan "sanksi yang baru" terhadap Moskow.

Sejak aneksasi Rusia atas semenanjung Laut Hitam Krimea dari Ukraina, otoritas AS telah menjatuhkan sanksi yang menargetkan pejabat dan kepentingan bisnis di Rusia.

Kiselyov mempertanyakan mengapa Washington mencoba untuk "mengajari planet ini bagaimana untuk hidup", ketika itu tidak hanya memiliki adegan "kekerasan dan kebrutalan, tetapi korban tewas terbesar akibat virus corona".

Dalam program TVItogi Nedeli, kebijakan-kebijakan Donald Trump disamakan dengan `skenario Cina`, di mana ia menyebarkan "tindakan keras terhadap pengunjuk rasa dan larangan keras terhadap media sosial" --sebuah referensi untuk perintah eksekutif presiden AS yang berusaha untuk memaksakan pertanggungjawaban yang lebih besar pada platform internet untuk konten mereka.

Siaran berita malam Vremya yang disiarkan di Channel One Russia, membuat poin yang sama, mengatakan bahwa AS bereaksi terhadap protes dengan taktik sama yang dilakukan pihak berwenang di Turki dan Mesir, yang sebelumnya Washington sebut sebagai "kejahatan".

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: