Jika Rencana Ini Terlaksana, Lord Putin Sangat Mungkin Menjadi Tsar Modern Rusia
Kredit Foto: AFP/Sputnik/Alexey Druzhinin
Memberangus penentang
Mengambil alih kendali media punya dua manfaat untuk sang presiden baru: menyingkirkan kritikus berkuasa dari posisi mereka yang berpengaruh serta membentuk narasi, mulai dari perang Chechnya hingga serangan teror di Moskow.
Hal ini juga menaikkan angka popularitas presiden, menampilkan citra Rusia dan pemimpinnya yang hebat, dan membantu menentukan siapa musuh negara.
Sejak saat itu, warga Rusia di pelosok negeri hanya menyaksikan Putin yang mereka ingin saksikan. Dari 3.000 stasiun televisi di Rusia, sebagian besar menghindari menyiarkan berita. Kalaupun ada reportase politik, berita tersebut sudah disortir ketat oleh pemerintah.
"Jangan main-main dengan saya": sebuah pesan untuk rakyat
Putin secara bertahap mengendalikan 83 wilayah Rusia dengan menunjuk politisi yang dia percaya sebagai gubernur. Dia menghapus pilkada pada 2004 dan menggantinya dengan pemilihan kepala daerah oleh para anggota DPRD.
Meskipun kalangan kritikus menuduh Putin "menghapus demokrasi", strateginya berhasil, terutama di daerah seperti Chechnya. Pilkada sempat kembali sesaat pada 2012 setelah gelombang protes prodemokrasi. Namun pada April 2013, Putin kembali mengendakukan secara langsung melalui undang-undang yang ketat.
Bereksperimen dengan liberalisme
Serangkaian demontrasi massal, yang berjuluk Protes Bolotnaya, pecah di Moskow dan beberapa tempat lain di Rusia pada 2011 hingga 2013 guna menuntut pemilu bersih dan reformasi demokratis. Aksi unjuk rasa ini adalah yang terbesar di Rusia sejak 1990-an.
Pada saat yang sama muncul Arab Spring dan 'revolusi berwarna' di negara-negara tetangga, yang membangkitkan kenangan 1989. Putin memandang aksi protes ini sebagai kendaraan bagi negara-negara Barat untuk merongrong Rusia.
Perubahan gaya, walau tampilan belaka, diperlukan. Putin lantas bereksperimen dengan liberalisme. Dia menyerukan desentralisasi politik dan janji kepada daerah-daerah untuk mengendalikan ekonomi mereka dengan lebih leluasa.
Kata 'reformasi' diumbar dalam setiap pidato, namun gerakan ini hanya sesaat. Begitu ancaman usai, strategi itu tak lagi dipakai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: