Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yaman Jadi Negara Terdampak Corona Terparah di Dunia karena...

Yaman Jadi Negara Terdampak Corona Terparah di Dunia karena... Kredit Foto: Foto: Reuters.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Virus corona dapat menyebar dengan lebih cepat, lebih luas, dan menimbulkan kematian lebih banyak di Yaman daripada banyak negara lain di dunia, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Inilah lima alasannya mengapa Yaman meraih predikat itu.

1. Perang masih terjadi

Sejak 2015, Yaman telah dihancurkan oleh konflik yang mengakibatkan jutaan orang hidup tanpa memiliki akses perawatan kesehatan yang layak, air bersih atau sanitasi --elemen penting dalam mencegah dan menekan penyebaran virus corona.

Baca Juga: Palestina Desak PBB Bergerak Hentikan Kebengisan Israel

Bantuan makanan pokok dan obat-obatan telah diblokade dari darat, laut dan udara, oleh koalisi negara-negara yang dipimpin Arab Saudi dalam melawan pemberontak Houthi --ketika pemberontak itu sendiri juga menghalangi distribusi bantuan.

Tidak adanya pemerintah pusat yang bertanggung jawab setelah pemberontak mengusir pemerintah keluar dari ibu kota ke wilayah selatan negara itu --menyebabkan virus corona lebih sulit dikendalikan.

2. Krisis kemanusiaan terburuk di dunia

Kondisi hidup di Yaman menempatkan manusia mudah tertular penyakit. Tiga tahun sebelum Covid-19 muncul, PBB menyatakan Yaman sebagai negara yang paling miskin di dunia.

Sekitar 24 juta orang di sana --yaitu sekitar 80 persen populasi-- bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup, dan jutaan berada di ambang kelaparan.

Diperkirakan dua juta anak kekurangan gizi akut, dan negara itu mengalami kesulitan dalam mengatasi penyakit seperti demam berdarah, malaria, serta kolera sebelum kasus pertama virus corona dilaporkan.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah menyebabkan mereka yang menderita penyakit kronis dapat tertular Covid-19 dengan mudah, dan sulit untuk bertahan hidup.

3. Runtuhnya sistem kesehatan Yaman

Perang lima tahun tanpa henti telah menghancurkan sistem kesehatan negara itu, membuatnya tidak mampu menghadapi pandemi.

Dari 3.500 fasilitas kesehatan Yaman, banyak yang telah hancur akibat serangan udara, dan hanya setengahnya yang dianggap berfungsi penuh.

Klinik kesehatan di Yaman dilaporkan penuh sesak, obat-obatan dan peralatan kesehatan dasar sangat kekurangan.

Di negara berpenduduk 27,5 juta orang, hanya ada beberapa ratus mesin ventilator yang sangat vital dalam membantu pernafasan para pasien yang terinfeksi virus corona.

4. Jumlah kasus virus corona tidak diketahui

Alasan lain adalah tidak adanya data akurat siapa yang menderita virus corona yang menyebabkan semakin sulit untuk mencegah penyebaran di tengah sistem kesehatan yang telah rapuh.

Sejak pasien virus corona pertama kali dilaporkan di daerah yang dikuasai pemerintah, April lalu, skala sebenarnya dari wabah itu mustahil untuk diukur.

Pemerintah mengumumkan ada lebih dari 900 kasus virus corona, sementara pemberontak yang menguasai ibu kota dan wilayah padat lainnya hanya mendeteksi empat kasus.

PBB memprediksi, jika dilihat dari jumlah alat uji virus yang terbatas, kurang transparansinya data pemerintah maupun pemberontak, jumlah kasus virus corona yang sebenarnya terjadi jauh lebih tinggi daripada yang disampaikan.

5. Tenaga medis rentan terpapar

Sudah kekurangan obat, petugas medis juga tidak memiliki alat pelindung diri atau APD seperti masker, jubah, sarung tangan dan lainnya yang berfungsi untuk melindungi dari penyakit.

Sebuah laporan situs berita Al-Masdar yang belum terkonfirmasi kebenarannya menyebut puluhan petugas medis telah tewas akibat Covid-19 di daerah yang baik dikuasai pemberontak maupun pemerintah.

Salah satu pakar penyakit menular yang paling menonjol di Yaman, Yassin Abdul Wareth, meninggal akibat Covid-19 awal bulan ini, dan digambarkan sebagai pukulan besar bagi sektor kesehatan Yaman.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: