Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Biang Kerok Jatim Masih Jadi Ranking 1 Kasus Corona

Ini Biang Kerok Jatim Masih Jadi Ranking 1 Kasus Corona Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasien positif virus corona (Covid-19) di Jawa Timur kian bertambah banyak dari hari ke hari. Bahkan pada hari ini, jumlah kasusnya mencapai 11.805, melampaui DKI Jakarta dengan 11.237. Penambahan kasus positif corona ini membuat pakar epidemiologi Universitas Brawijaya (UB) Malang angkat bicara.

Pakar Epidemiologi Universitas Brawijaya (UB) dr Siswanto mengatakan, salah satu faktor yang membuat kasus corona Jawa Timur meningkat karena minimnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan Covid-19.

Baca Juga: Begini Jadinya saat Lockdown Corona Justru Picu Ledakan Kehamilan

"Kuncinya cuma satu, harus melaksanakan protokol kesehatan dengan benar. Cuma itu saja," ungkap Siswanto dikutip dari Okezone, Senin (29/6/2020).

"Mau PSBB, transisi, new normal, kunci protokol kesehatan harus dijalankan dengan bagus. Salah satunya itu (protokol kesehatan) kurang dijalankan. Mungkin sudah ada pemeriksaan secara masif tapi datanya saya kurang tahu, apakah dibuka karena pemeriksaannya tambah banyak, tapi saya kira sudah konstan," ujar dosen di Fakultas Kedokteran (FK) UB ini.

Ia melanjutkan, jika protokol kesehatan Covid-19 tidak benar-benar dijalankan dan dipatuhi masyarakat, dikhawatirkan kasus positif corona di Jatim akan terus bertambah.

"Karena sekarang itu dibuka, PSBB-nya sudah selesai, sekarang transisi mau new normal, meksipun masa transisi mal sudah dibuka. Kata kuncinya kalau melaksanakan protokol kesehatan dengan bagus," tuturnya.

Siswanto juga menyebutkan, transisi menuju new normal baru bisa dipenuhi bila ada tiga kriteria, mulai dari penyebaran atau transmisinya yang menurun, bukan di puncak. Kedua, masyarakat diharuskan disiplin. Terakhir, pemerintah wajib memastikan pengawasan protokol kesehatan itu bisa berjalan dengan bagus.

"Tiga syarat itu tadi mudah sebenarnya kalau dibicarakan, tapi praktiknya itu yang susah. Saat ini saja transmisinya masih tinggi. Selain transmisi yang harus rendah, angka kematian juga harus rendah. Itu menunjukkan kemampuan memberikan pengobatan dan perawatan terhadap pasien," tuturnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: