Sewaktu masih sekolah, Elon Musk memiliki dua mata pelajaran favorit. Mata pelajaran itu adalah Fisika dan Ilmu Komputer dan Musk selalu mendapatkan nilai terbaiknya. Karena itulah Elon Musk bermimpi menjadi fisikawan dengan akselerator artikel.
Dilansir dari CNBC International di Jakarta, Senin (13/7/2020) akselerator partikel adalah mesin yang mendorong partikel bermuatan, seperti proton atau elektron, pada kecepatan tinggi, mendekati kecepatan cahaya sehingga fisikawan dapat menyelidiki dunia yang sangat kecil dan melakukan penelitian.
Baca Juga: Pamor Tesla Meroket, Kekayaan Elon Musk Lampaui Warren Buffett!
Sejak kecil, Musk selalu ingin tau tentang alam semesta. Ia juga sangat mencintai sains.
"Saya pikir, 'OK saya ingin mencari tahu apa sifat alam semesta'. Jadi, saya akan mencoba bekerja dengan orang-orang yang saling membenturkan partikel dan melihat apa yang terjadi," katanya di podcast.
Tetapi pada tahun 1993, ketika Musk berusia sekitar 22 tahun, rencananya berubah.
"Semi Collider Superkonduktor dibatalkan di AS," katanya. Itu adalah proyek akselerator partikel terbesar di dunia pada saat itu dan ditutup setelah dana pemerintah ditarik.
Elon Musk pun langsung banting stir dan tidak jadi melakukan hal itu. Pada saat itu, Musk adalah seorang mahasiswa di University of Pennsylvania yang mempelajari fisika dan ekonomi.
Setelah lulus pada 1997, alih-alih bekerja di akselerator partikel, Musk menggunakan keterampilan ilmu komputernya untuk menemukan start-up pertamanya, sebuah perusahaan perangkat lunak panduan kota bernama Zip2.
Tetapi Musk merasa tujuannya jauh lebih besar daripada internet pemula ini.
“Ketika saya masih kecil, saya mengalami krisis eksistensial ini." ujar Musk.
Saat ia berumur sekitar 12 tahun, ia kerap bertanya-tanya "Apa artinya dunia? Tentang apa semua ini? Apakah kita hidup dalam kehidupan yang tidak berarti?''
"Dan saya seperti 'Oke, kita tidak benar-benar tahu apa jawabannya, tetapi alam semesta adalah jawabannya,'" tambah Musk lagi.
Karena itulah Musk mendirikan SpaceX pada tahun 2002. Ia merasa harus menyebarkan peradaban manusia di Bumi sejauh mungkin agar bisa hidup multi-planet.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: