Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rusia Sentil AS: Aneh, Masih Maksa Embargo Iran

Rusia Sentil AS: Aneh, Masih Maksa Embargo Iran Kredit Foto: Reuters/Anton Vaganov
Warta Ekonomi, Moskow -

Iran saat ini sedang menghadapi masa-masa genting terkait akan berakhirnya embargo senjata pada Oktober mendatang. Namun, sikap Amerika Serikat (AS) yang keras dan mengabaikan perjanjian nuklir Iran mendapat kecaman dari Rusia.

Diplomat Rusia mengatakan dalam sebuah pesan Twitter pada Senin bahwa AS juga pemain dan pensuplai pasokan senjata yang sangat besar di Timur Tengah. Sehingga, sikap AS yang ngotot untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran dipertanyakan Rusia.

Baca Juga: Kerja Sama Diteken, Benarkah Iran Jual Pulau ke China?

"Upaya Amerika untuk memberikan embargo terhadap Iran terlihat tidak terbatas dan komprehensif, dan ini sangat dipertanyakan mengingat pasokan senjata AS yang besar ke kawasan itu," kata Duta Besar Rusia dan Perwakilan Tetap untuk Organisasi Internasional di Wina, Mikhail Ulyanov.

"Kebijakan siapa sebenarnya mengarah pada destabilisasi situasi di Timur Tengah?" Dia bertanya.

Sebelumnya, Perwakilan Permanen Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengatakan Amerika Serikat bertanggung jawab atas krisis yang mereka ciptakan pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Ia menegaskan resolusi untuk memperpanjang embargo senjata Iran adalah fiktif.

Dia menuding AS tidak memperhatikan ide-ide negara lain dan menjatuhkan sanksi yang sepihak. Ia pun menegaskan Moskow khawatir tentang perkembangan Iran dan pendekatan AS terhadap Teheran.

Nebenzya menambahkan Iran telah setia pada komitmennya, sementara AS mengancam negara lain, yang menentang Piagam PBB.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan China menentang tindakan AS untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran.

"Semua ketentuan Resolusi 2231, termasuk yang terkait dengan mengangkat embargo senjata terhadap Iran, harus dilaksanakan dengan benar," katanya.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebelumnya mengklaim bahwa AS masih menjadi peserta Resolusi 2231 DK PBB dan dapat meminta perpanjangan embargo senjata Iran berdasarkan Pasal 11 Resolusi tersebut.

Dengan keluarnya unilateral dari perjanjian nuklir Iran dua tahun lalu, Amerika Serikat melanggar komitmennya berdasarkan perjanjian multilateral 2015 dan Resolusi 2231 UNSC berikutnya.

Rusia dan China sebagai dua penandatangan perjanjian nuklir Iran lainnya, serta beberapa negara Eropa dan Iran telah memperjelas bahwa klaim AS adalah kesalahpahaman tentang Resolusi tersebut. 

Mereka menegaskan Washington tidak lagi menjadi pihak dalam perjanjian nuklir Iran karena telah secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: