Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pilkada Solo, Gerung: Siapa Menang, Otak Kosong Vs Kotak Kosong?

Pilkada Solo, Gerung: Siapa Menang, Otak Kosong Vs Kotak Kosong? Kredit Foto: Antara/R Rekotomo

Ia pun menyebut sebagai contoh nepotisme yang paling buruk atau bisa dikatakan lebih dari rezim Soeharto. “Dulu Pak Harto angkat Mbak Tutut, kita semua protes waktu itu. Tapi akhirnya kita mengerti karena saat itu sistemnya otoriter. Pak harto kita nilai lebih fair untuk kuasai infrastruktur politik tak ada oposisi,” kata Rocky.

Sambungnya, “Kalau dibandingkan, ya lebih otoriter Jokowi sebenarnya. Dalam sistem demokrasi terang benderang, Jokowi bermain di air keruh, mencari keuntungan dari jabatan politik. Sebut saja lebih totaliter dari sistem Orde Baru,” tambah Rocky.

Ia pun mengaku memahami bahwa majunya Gibran di Pilkada Solo merupakan hak otonom setiap individu.

Namun, menurut dia, hak tersebut berlaku jika seseorang benar-benar tidak memiliki hubungan atau pengaruh dengan pihak lain di perpolitikan, terlebih orang nomor satu di Indonesia.

“Tentu orang bisa bilang ya itu otonom untuk mencalonkan atau tidak mencalonkan,” kata Rocky Gerung.

Lebih lanjut, ia pun menyarankan agar Jokowi langsung saja melantik Gibran lewat Peppres ketimbang bertarung lewat Pilkada.

Tambahnya, Gibran tidak akan kalah melawan kotak kosong, seperti yang terjadi di Makassar Sulawesi Selatan.

“Politik Solo akan berupaya untuk menghindari itu. Artinya kemungkinan untuk dikalahkan kotak kosong akan tertutup. Jadi akan dicari cara supaya kotak kosong juga dikalahkan,” katanya.

“Jadi meme sekarang kalau kotak kosong yang kalah di Solo yang menang apa? otak kosong? Jadi otak kosong versus kotak kosong,” tukasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: