Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Si Lincah, Tahan Banting dan Canggih Kini Ditakuti Militer AS

Si Lincah, Tahan Banting dan Canggih Kini Ditakuti Militer AS Kredit Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Warta Ekonomi, Jakarta -

Selama Perang Dingin, Amerika Serikat (AS) hanya memperhatikan keseimbangan kekuatan militer AS-Uni Soviet. Usai Uni Soviet runtuh di akhir 1980-an kekuatan militer AS hampir tidak ada yang dapat menyaingi.

Kini China sebagai perekonomian kedua di dunia mulai mengembangkan kekuatan militer mereka.

Baca Juga: Menyetop Klaim China atas Laut China Selatan, Langkah Pertama...

AS mulai memperhatikan dengan detail kendaraan dan mesin tempur Negeri Tirai Bambu. Kris Osborn dari situs pertahanan Warrior Maven lewat artikelnya menganalisis artileri mobil jenis Howitzer milik Tentara Pembebas Rakyat (PLA) China yang kini dibawa ke perbatasan dengan India. Di situs stasiun televisi Fox News, Osborn menjelaskan artileri 155 mm itu lebih ringan dan terdigitalisasi.

Artileri ini dinilai membuka dimensi baru artileri mobil serang di pertempuran medan terbuka. Artileri mobil yang dinamakan PCL-181 ini pertama kali dikenalkan pada parade militer tahun 2019. Mesin tempur ini lebih cepat, tahan banting dan lincah dibandingkan jenis sebelumnya.

PCL-181 hanya seberat 20 ton, biasanya howitzer China dua kali lebih berat dari itu sehingga sulit melakukan manuver atau sekedar dipindahkan.

Media milik pemerintah China, Global Times mengutip pakar militer yang mengatakan ringannya senjata baru ini akan meningkatkan daya tempurnya. Kurangnya oksigen di dataran tinggi dapat berdampak pada kekuatan mesin. Tapi dengan beratnya yang ringan senjata ini dapat bergerak lebih lincah dan bereaksi lebih cepat. 

The Global Times juga mengungkapkan keunggulan PCL-181 terletak pada panel kendalinya yang canggih dan terdigitalisasi. Sehingga kalibrasi senjata dalam dilakukan otomatis dan pengisian amunisi secara semi otomatis.

Senjata baru ini tampaknya memang dispesifikan untuk operasi-operasi ekspedisi di China yang memiliki banyak pegunungan.

"Senjata artileri seperti howitzers berguna di daerah pegunungan karena proyektil ditembakan mengikut jalur parabola, yang mana dapat melewati gunung di medan yang dapat menghalangi tembak lurus, contohnya seperti, tank," kata pakar militer China di  Global Times.

Osborn dari Warrior Waven menilai pengerahan howitzer ini memicu pertanyaan taktis yang menarik. Karena menandakan China bersiap untuk operasi-operasi ekspedisi. Kelincahan dan kecepatan untuk menggelar operasi juga menjadi prioritas AS dalam mengembangkan senjata-senjatanya.

Para pakar China yang juga mengembangkan tank ringan Type 15 tank, mulai akrab dengan tujuan-tujuan strategis tersebut. Menurut Warrior Waven, PCL-181 tampaknya dipasang di truk berukuran sedang.

Hal ini memicu sejumlah pertanyaan. Seperti apakah artileri Howitzer seberat 20 ton itu memiliki daya tahan untuk membantu barisan kendaraan tempur. Sebab PCL-181 diangkut oleh truk ringan.

Kemampuan artileri untuk dipindahkan dengan cepat memang menentukan dalam medan perang modern. Tapi tampaknya artileri itu akan membantu kendaraan tempur yang berada di depannya dengan senjata yang memiliki pelindung lebih kuat lagi agar tidak mudah ditembus serangan musuh.

Warrior Waven menilai meriam 155mm PCL-181 memang dapat menembak jarak yang sulit dijangkau. Tapi sensor dan senjata modern jarak jauh dapat dengan mudah menghancurkan atau mengganggu artileri seberat 20 ton itu.

Artileri AS howitzer mobil beroda M109 seberat 40 ton yang sistemnya juga memiliki teknologi pengisian amunisi otomatis, penargetan digital dan lebih lincah dapat menghancurkan PLC-181.  Bagi Warrior Waven persenjataan artileri AS yang dirancang menembak sejauh 70 kilometer juga dapat sebanding dengan PCL-181.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: