Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gawat, Rumah Sakit di Hong Kong Bisa Kolaps karena...

Gawat, Rumah Sakit di Hong Kong Bisa Kolaps karena... Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Hong Kong -

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam memperingatkan bahwa sistem rumah sakit di kota itu bisa kolaps karena kewalahan dengan lonjakan kasus virus corona.

Ia berkata kota itu di ambang wabah skala besar seraya meminta masyarakat untuk tidak keluar rumah.

Baca Juga: Jerman Hentikan Ekspor Senjata ke Hong Kong karena...

Peraturan baru, yang meliputi kewajiban mengenakan masker dan penutupan restoran makan di tempat, diberlakukan mulai hari Rabu.

Hong Kong yang sebelumnya sukses melawan Covid-19 sekarang secara rutin melaporkan lebih dari 100 kasus baru setiap hari. Kurang dari sebulan yang lalu, rata-rata jumlah kasus baru harian di bawah 10.

Apa Kata Carrie Lam?

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam, Lam memperingatkan bahwa Hong Kong berada di ambang wabah skala besar tingkat komunitas, yang bisa membuat sistem rumah sakit kolaps dan memakan korban jiwa, terutama orang lanjut usia.

Ia meminta warga untuk dengan ketat mengikuti langkah-langkah penjarakan sosial dan tinggal di rumah sebisa mungkin.

Pernyataan Lam muncul saat Hong Kong mengkonfirmasi tambahan 106 kasus virus corona pada hari Selasa, dan melaporkan kematian ke-23 secara keseluruhan. Pada hari Senin, jumlah kasus baru mencapai 145 rekor baru.

Aturan paling ketat

Mulai hari Rabu, Hong Kong memberlakukan aturan paling ketatnya sejauh ini. Makan di restoran dilarang, dan hanya dua orang dari rumah tangga yang berbeda boleh bertemu.

Masker wajib dikenakan di semua tempat umum.

Sebelumnya diumumkan bahwa ruang-ruang seperti bar, sasana kebugaran, dan salon kecantikan akan ditutup.

Pada awal bulan, pertemuan di tempat umum hingga 50 orang diizinkan tapi kemudian dikurangi menjadi empat, dan sekarang dua.

Bukankah Hong Kong telah sukses mengatasi virus?

Kelihatannya memang begitu pada awalnya. Pada awal wabah, perjalanan lintas batas dengan China berkurang drastis, "telusuri dan lacak" dilakukan, serta pembatasan lainnya diterapkan.

Awal tahun ini, tidak ada kasus penularan lokal di kota itu selama berminggu-minggu.

Namun seiring kehidupan mulai kembali normal, peningkatan kasus penularan lokal pun tercatat. Jumlah rata-rata kasus baru meningkat tajam dari satu digit pada awal bulan, menjadi lebih dari 120 sekarang.

Satu profesor di Universitas Hong Kong mengatakan kasus bisa jadi bermunculan karena "cacat dalam prosedur di perbatasan Hong Kong".

Jim Dongyan mengatakan ke situs berita Global Times bahwa "pasien dari luar negeri mungkin membawa virus ke masyarakat yang mengakibatkan penularan lokal yang terjadi saat ini".

Orang terakhir yang meninggal karena virus corona adalah seorang penghuni panti jompo tempat sedikitnya 45 infeksi telah tercatat.

Para ilmuwan telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa galur virus yang tersebar di Hong Kong bisa menyebabkan kerusakan lebih besar.

Virus itu disebut tidak bermutasi selama setidaknya 22 hari, berarti ia bisa beradaptasi dengan baik pada manusia, yang membuatnya lebih mudah menular.

Akankah pemilihan Dewan Legislatif tetap berlangsung?

Langkah-langkah pembatasan baru muncul di tengah laporan bahwa pemilihan untuk parlemen Hong Kong Dewan Legislatif bisa ditunda selama setahun.

Media berita HK01, Hong Kong Economic Times, dan TVB mengatakan pemerintah telah membuat keputusan, yang belum diumumkan secara formal, karena kekhawatiran terkait virus corona.

Pemilihan awalnya dijadwalkan pada 6 September. Namun para tokoh oposisi mengatakan bahwa penundaan ini bisa jadi dirancang untuk meredakan amarah rakyat atas undang-undang keamanan nasional baru.

Undang-undang itu, diberlakukan oleh Beijing bulan lalu, mengkriminalkan tindakan pemisahan diri, subversi, terorisme, dan kolusi.

Ia dipandang membatasi kritik dan kebebasan berekspresi sekaligus meningkatkan kuasa Beijing atas Hong Kong, yang merupakan wilayah administratif khusus China sejak kekuasaan Inggris berakhir pada 1997.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: