Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investasi Asing Seret, Upah Pekerja RI Mahal Jadi Kambing Hitam

Investasi Asing Seret, Upah Pekerja RI Mahal Jadi Kambing Hitam Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut mahalnya upah pekerja di Indonesia membuat investor asing pikir-pikir investasi di Indonesia. Di samping itu, mahalnya tanah untuk berusaha juga dianggap momok berinvestasi di RI.

Menurutnya, harga tanah dan mahalnya upah pekerja paling mahal saat dibandingkan dengan negara-negara Asean, seperti Thailand, Filipina, Malaysia, dan Vietnam. Hal itu yang membuat daya saing Indonesia masih rendah di Asean.

"Banyak yang bertanya kenapa di Indonesia di saat negara lain investasi asing menurun, kok kita tetap landai. Makanya itu yang kita perbaiki," kata Bahlil dalam webinar, Selasa (4/8/2020).

Baca Juga: Beda dengan Luhut, Menteri Agus Bilang Investasi Malah Menggeliat

Baca Juga: Ketar-Ketir Ekonomi RI, Pengusaha Prediksi Kondisinya Bakal...

Dia melanjutkan masalah yang juga menyebabkan investor enggan berdatangan adalah terkait dengan upah pekerja di Indonesia. Lantaran, rata-rata upah minimum pekerja per bulan di Indonesia menjadi yang paling mahal di antara negara Asean.

Rinciannya, rata-rata harga upah minimum pekerja di Indonesia senilai US$279 per bulan atau sekitar Rp4,1 juta.

"Sementara itu, rata-rata upah pekerja di Malaysia hanya US$268 per bulan, Thailand dan Filipina masing-masing US$220 per bulan, dan Vietnam US$182 per bulan," jelasnya.

Dia menambahkan tarif air per meter persegi menjadi yang termahal kedua setelah Filipina. Tarif air rata-rata di Indonesia senilai US$0,89 atau Rp13.000 per meter persegi, sedangkan Filipina US$1,68 per meter persegi. Tarif air di Malaysia dan Vietnam lebih murah, yakni hanya US$0,53 per meter persegi, sedangkan Thailand US$0,4 meter persegi.

"Indonesia tercatat lebih mahal dibanding Malaysia dan Vietnam. Tarif listrik Indonesia senilai US$0,07 atau sekitar Rp1.000 per kWh, sedangkan Malaysia hanya US$0,05 per kWh dan Vietnam US$0,04 per kWh," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: