Selanjutnya, sekolah tersebut memberikan kuota internet yang akan didistribusikan ke para siswa dengan durasi yang ditentukan agar pemakaiannya lebih bermanfaat. Jika siswa yang mendapatkan jatah kuota internet tidak memiliki HP maka bisa digunakan secara berkelompok.
"Kuota internet ini diprioritaskan yang kurang mampu," tegasnya.
Sementara itu, di wilayah Jawa Barat proses kegiatan belajar mengajar akan berlangsung tatap muka dengan mempertimbangkan beberapa faktor.
Dedi menyebutkan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten/Kota sudah melakukan ferivikasi terhadap sekolah yang sudah siap melaksanakan kegiatan belajar secara tatap muka.
"Perkiraan saya paling banyak 20 persen sekolah melakukan tatap muka. Insyaallah 18 Agustus ada keputusan sekolah mana saja yang bisa tatap muka langsung berdasarkan hasil ferivikasi," ungkapnya.
Adapun kendala ferivikasi yakni kesiapan infrastruktur. Sebab, tidak bisa disiapkan mendadak. Misalnya pengadaaan alat cuci tangan dengan persyaratan menggunakan air mengalir tapi faktanya setelah melihat fasilitas yang ada di sekolah ternyata yang ada hanya tempat wudhu.
"Terkadang hal seperti itu yang salah hasil ferivikasinya," ujarnya.
Sedangkan untuk masker tembus pandang bagi siswa, lanjut Dedi, bisa disiapkan oleh pihak sekolah yang dananya dari dana BOS.
Dia juga tidak menampik jika sekolah berada di wilayah zona hijau tapi lokasinya masih bisa dilakukan secara daring maka demi alasan kesehatan siswa lebih baik belajar secara online. Meskipun, tidak bisa dilakukan semuanya secara online karena siswa SMK harus mengikuti praktek.
"Sampai hari ini masih ada kendala koneksi internet, maka kita fokus di situ dan beberapa kegiatan yang harus dilakukan dengan praktek terutama di SMK," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil