Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gawat, Warga Bandung Barat Mulai Kesulitan Air Bersih

Gawat, Warga Bandung Barat Mulai Kesulitan Air Bersih Seorang warga mengambil air bersih di salah satu kran air yang bocor di Kelurahan Alak, Kota Kupang, NTT, Jumat (8/6). Sejumlah masyarakat di pinggiran kota Kupang mulai mengalami kesulitan air bersih akibat musim kemarau yang mulai melanda daerah itu. | Kredit Foto: Antara/Kornelis Kaha
Warta Ekonomi, Bandung -

Warga Kabupaten Bandung Barat (KBB), khusunys di wailayah selatan, mulai merasakan sulitnya mendapatkan air bersih di awal musim kemarau ini. Pasalnya air sumur warga sudah banyak yang menyusut, sehingga mereka terpaksa harus mengantre ke sumur bor di salah satu sekolahan dekat permukiman warga.

Seperti terlihat pada puluhan warga di Kampung Peusinggirang RT 5 RW 2 Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, KBB. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap pagi dan sore warga harus mengantre mengambil air ke beberapa sumur yang masih ada airnya, salah satunya di MTs Nurul Mukhtariyah.

Baca Juga: Mantap Pisan, Kang Emil Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19

"Meski baru awal masuk kemarau tapi sumur-sumur di sini sudah banyak yang susut airnya. Pagi ditimba sore gak ada," kata Ketua RT 5 Kampung Peusinggirang, Rizal, baru-baru ini.

Anggota Badan Permusyarawatan Desa (BPD) Sindangkerta, Arif Surahman menuturkan, sumur di Kampung Peusinggirang, kebanyakan sumur gali yang hanya memiliki kedalaman sekitar 10 meter. Di saat musim penghujan air melimpah, tapi begitu masuk musim kemarau debit air cepat menyusut. Hanya warga yang punya sumur bor yang tidak merasakan dampak musim kemarau.

"Kalau buat sumur bor mahal, warga banyak yang gak sanggup. Makanya pas kemarau gini banyak warga yang meminta air kepada pemilik sumur bor atau ke sekolah," tuturnya.

Terpisah Ketua Yayasan Nurul Mukhtariyah, Saiful Rachman mengakui, setiap musim kemarau masalah air kerap menjadi persoalan klasik yang dihadapi warga Kampung Peusinggirang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga memanfaatkan air yang ada di lingkungan sekolah.

Ini dikarenakan sumber air terdekat berada di Kampung Cipataruman yang berjarak sekitar 0,5 kilometer. Sedangkan untuk cuci pakaian, warga harus ke Sungai Cijere yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Air di sana masih bersih dan belum terkontiminasi limbah. Namun pada musim kemarau seperti sekarang debit airnya juga ikut menyusut. Sementara untuk kebutuhan minum dan memasak biasanya warga memanfaatkan air sumur.

"Sumur bor yang ada di lingkungan sekolah kami adalah sumur wakaf dan airnya bagus karena kedalamannya sampai 85 meter. Bantuan tersebut dari ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan bisa dimanfaatkan oleh warga yang membutuhkan air bersih," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: