Pendiri surat kabar pro-demokrasi Hong Kong Apple Daily, Jimmy Lai ditangkap dengan polisi menggerebek kantor pusat surat kabar tersebut pada hari Senin kemarin. Kasus ini terkenal di bawah undang-undang keamanan nasional baru Hong Kong.
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Selasa (11/8/2020) Pria 71 tahun itu ditangkap bersama dengan putra tertuanya, Timothy, dan putra keduanya, Ian beserta empat eksekutif perusahaan lainnya. Polisi mengatakan penangkapan itu lantaran pelanggaran termasuk kolusi dengan negara asing yang membahayakan keamanan nasional.
Baca Juga: Dituduh Sekongkol dengan Asing, Taipan Hong Kong Ini Ditangkap
Sang maestro mediaini telah lama menjadi pendukung kampanye demokrasi di kota yang diperintah China itu dan seringkali menjadi kritikus vokal terhadap Beijing.
Undang-undang keamanan nasional yang baru mulai berlaku 30 Juni ini secara luas dipandang sebagai sarana untuk membungkam perbedaan pendapat di bawah kekuasaannya yang luas untuk menegakkan kejahatan pemisahan diri, subversi, terorisme, dan kolusi dengan negara asing.
Otoritas Beijing dan Hong Kong telah berulang kali bersikeras bahwa undang-undang tersebut hanya akan menargetkan minoritas yang sangat kecil orang dan membawa stabilitas setelah protes pro-demokrasi yang berkepanjangan tahun lalu.
Namun pelanggaran hukum yang dinyatakan secara luas dengan hukuman hingga seumur hidup di penjara telah membawa kecaman dari pemerintah Barat dan kelompok hak asasi manusia internasional.
Demi mendukung perusahaan, para pendukung online telah melakukan pembelian saham sehingga saham Next Digital melonjak sebanyak 344 persen dari semula 0,25 dolar Hong Kongg menjadi 0,40 dolar Hong Kong.
Lai yang lahir di China tiba di Hong Kong saat ia berusia 12 tahun. Setelah bekerja di pabrik garmen, dia akhirnya memulai bisnisnya sendiri dan membangunnya menjadi rantai pakaian Giordano dengan toko-toko di seluruh Asia.
Ketertarikan Lai pada politik muncul sebagai akibat dari tindakan keras Beijing terhadap protes pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989. Dia menjadi salah satu dari sedikit taipan di Hong Kong yang bersedia mengkritik para pemimpin China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami