Setelah dihibur dengan lagu-lagu yang disajikan oleh komunitas penyanyi jalanan, acara demi acara pun berlangsung. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Usai lagu Indonesia Raya, sebelum masuk acara inti, diselingi acara musikalisasi puisi.
Puisi bejudul Talang di Langit Palestina karya Dheni Kurnia dibawakan oleh Qorry Islami, putri Aris Abeba, diiringi petikan gitar Syahfitra, yang tak lain suami dari Qorry. Puisi dibawakan dengan penuh penghayatan dan menyayat perasaan. Maka, tak heran bagi yang mendengarkan ikut larut dalam keharuan.
Setelah itu, pembawa acara mempersilahkan Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah maju menyampai kata sambutan. Tak biasanya pula, sambutan harus disampai sambil duduk di kursi.
"Aturan di sini memang begitu, untuk perempuan harus duduk, tak boleh sambil berdiri," begitu alasan Aris Abeba. Syarat lainnya, sebelum dan sesudah menyampaikan kata sambutan harus berpantun.
Begitu pula ketika Idris Laena maju ke atas panggung menyampaikan materi sosialisasi ketentuan yang berlaku lebih longgar.
Karena Pak Idris laki-laki boleh berdiri dan boleh duduk. Hanya saja politisi partai Golkar yang sudah empat periode menjadi anggota legislatif, memilih sambil duduk. Tapi, Idris Laena juga diminta mengawali pidatonya dengan pantun.
Siti Fauziah dalam laporannya selaku pelaksana sosialisasi menjelaskan bahwa MPR memilih Pagelaran Seni Budaya sebagai salah satu metode sosialisasi dengan tujuan untuk ikut melestarikan seni budaya daerah agar jangan sampai punah dan mengucapkan terima kasih kepada datok yang sudah ikut menjaga melestarikan seni budaya kepada generasi di bawahnya serta mengimbau semua yang hadir ikut juga menjaga serta melestarikan seni budaya yang kita miliki.
"Hal ini penting dilakukan karena di dalam seni budaya ada terdapat tuntunan, panutan, dan tentunya tontonan," ujar Siti Fauziah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: