Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Rugi, Ahok Dicari

Pertamina Rugi, Ahok Dicari Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kinerja PT Pertamina (Persero) disorot masyarakat setelah mengalami kerugian US$761,23 juta atau setara Rp11,1 triliun (kurs US$14.666) pada semester I-2020. Keberadaan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pun dipertanyakan sebagai Komisaris Utama perseroan.

Kerugian perseroan menjadi trending topic di Twitter dengan $+#ahokpertaminarugi. Para netizen pun mempertanyakan kerugian tersebut.

Baca Juga: Pertamina Rugi Rp11 T: Rekor Kerugian Terbesar dalam 10 Tahun

"Ahok: Pertamina merem pasti untung, tapi harus diawasi. Media: Pertamina rugi 11,33 triliun. Kalau dirangkai kedua judul berita ini bakal gini gak? Karena tidak diawasi Ahok, Pertamina rugi 11,33 triliun," tulis Tweet @s*m*nj*nt*k, Selasa (25/8/2020).

Tak hanya itu, masyarakat juga mempertanyakan sebab Pertamina rugi. Pasalnya, harga minyak dunia yang sedang turun menjadi peluang perseroan untuk mengambil untung.

"Ljo bukanlah seharusnya untung besar ya??? Harga BBM dunia kan turun drastis, sementara harga jual BBM Pertamina gak turun-turun toh???" tulis @MM*rg*n*

Meski demikian, ada yang menilai kerugian tersebut bukan karena Ahok. Sebab, kerugian tersebut ada di bawah jajaran direksi perseroan.

"Tanggung jawab operasional di direksi, mereka yang harus sepenuhnya dipersalahkan, gak bijak nyalahin Ahok sebagai komisaris yang hanya fungsi pengawasan sama advisor," tweet @_K*ngP*rw*.

Sebelumnya, perseroan mencatat laba tahunan berjalan sebesar US$746,68 atau setara Rp10,94 triliun. Sementara, total penjualan dan pendapatan usaha Pertamina sebesar US$20,4 atau sebesar Rp299,2 triliun atau turun dibandingkan semester I-2019 sebesar US$25,5 miliar.

Penurunan penjualan dan pendapatan terjadi pada penjualan dalam negeri seperti minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak pengganti biaya subsidi dari pemerintah turun dari US$20,9 miliar (2019) menjadi US$16,5 miliar.

Kemudian imbalan jasa pemasaran US$479 juta (2019) turun jadi US$414 juta pada semester I-2020.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: