Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Blunder Ahok & Pertamina: Makian Warganet hingga Suara Pengamat

Blunder Ahok & Pertamina: Makian Warganet hingga Suara Pengamat Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (tengah) didampingi Dirut Nicke Widyawati (kanan) dan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman, berjalan meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin (9/12/2019). Presiden memerintahkan manajemen Pertamina untuk meningkatkan pengawasan penyimpangan BBM bersubsidi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) mengalami kerugian mencapai Rp11,13 triliun pada semester I-2020. Komisarisnya, Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal pula sebagai Ahok mendapat sorotan dari publik belakangan ini.

Khususnya saat kebanyakan orang ingat bahwa Ahok pernah memastikan posisinya mampu membuat anggaran di Pertamina naik.

Hal itu kemudian membuat warganet melayangkan berbagai argumen kepada Ahok yang kini hangat dibincangkan di berbagai media sosial.

Baca Juga: Mulutmu Harimaumu, Mulut Ahok Senjata Makan Tuan!

Baca Juga: Adu Mulut Ributin Ahok, Said Didu Vs Ferdinand

1. Ahok Mendapat Komentar dari Sejumlah Pihak

Kerugian Pertamina membuat Ahok menjadi pihak yang diperhatikan oleh publik. Ahok mendapat 'ejekan' dari warganet karena pernyataan yang sempat ia keluarkan dan beredar di lini masa media sosial dalam bentuk video.

Sebelumnya Ahok sempat mengatakan jika dalam tujuh bulan perusahaan itu tidak terlihat berjalan, maka dirinya akan bubar dan berhenti dari Pertamina.

2. Mendapat Sindiran dari Rizal Ramli

Ahok semakin diperhatikan oleh sejumlah orang saat Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli memberi komentar mengenai kerugian Pertamina.

Menurut Rizal Ramli, mantan Gubernur DKI Jakarta itu belum memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menjalankan Pertamina.

3. Utang Pemerintah Jadi Pendorong Kerugian

Perusahaan menyatakan bahwa kerugian Rp11,13 triliun pada semester I-2020 disebabkan oleh banyaknya utang pemerintah. Sebanyak utang kompensasi sebesar Rp96 triliun dan utang subsidi Rp13 triliun diketahui belum dibayarkan pemerintah.

Kondisi itu dikonfirmasi pula oleh Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini pada Rabu (26/8/2020).

"Kurs berdampak signifikan karena pembukuan kami fundamentalnya adalah dolar Amerika Serikat. Semua pencatatan dibukukan dalam bentuk dolar AS dan ini berdampak signifikan karena ada piutang kita kepada pemerintah dalam rupiah," ujarnya.

4. Kerugian Disebabkan Menurunnya Konsumsi Bahan Bakar

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengutarakan, kerugian Pertamina disebabkan oleh menurunnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak (BBM), harga minyak, dan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap kinerja perseroan.

5. Kerugian Dimaklumi Pemerintah

Meski Pertamina memiliki kerugian yang dinilai tinggi, namun Arifin Tasrif mengatakan bahwa pemerintah memakluminya. Sebab kondisi Covid-19 yang terjadi saat ini menghantam hampir semua sektor bisnis baik dalam maupun luar negeri.

"Kita bisa memakluminya karena semua perusahaan terdampak, tapi secara perhitungan nanti mungkin dengan yang menghitung yang bisa memberikan angkanya," ujarnya.

6. Ada 3 Faktor Penyebab Kerugian

Berdasarkan keterangan Arifin Tasrif, kerugian disebabkan tiga faktor yakni, adanya penurunan permintaan pasar, nilai tukar rupiah, dan minyak mentah.

7. Pengamat Sebut Pertamina Blunder

Kerugian yang dihadapi oleh Pertamina membuat pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi membuka suara. Ia menyatakan rekor tersebut merupakan kerugian tertinggi yang dimiliki oleh Pertamina.

Keputusan Pertamina yang tidak menurunkan harga saat harga minyak terpuruk dinilai olehnya sebagai sesuatu yang blunder.

8. DPR Turut Mewajarkan Kerugian Pertamina

Anggota Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman menilai wajar jika Pertamina mengalami kerugian pada semester I-2020. Sebab, perusahaan migas asing juga menghadapi hal serupa.

"Wajar, ini kondisi luar biasa. Tidak hanya Pertamina yang terdampak, major global oil companies lain bahkan mengalami kerugian yang lebih besar lagi," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: