Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Para Ilmuwan Jadi Kelinci Percobaan Vaksin Corona Ilegal

Ketika Para Ilmuwan Jadi Kelinci Percobaan Vaksin Corona Ilegal Kredit Foto: Creative Commons

Namun, para pengkritik berpendapat bahwa walaupun tujuannya baik, para ilmuwan ini kemungkinan tidak akan menemukan hal yang bermanfaat. Pasalnya, vaksin mereka tidak melewati pengujian ketat yang diperlukan.

Ditambah lagi, menggunakan vaksin tersebut dapat berbahaya – entah karena reaksi imun yang berlebihan dan efek samping lain, atau rasa aman palsu yang diberikan vaksin tersebut.

"Kamilah hewan percobannya"

Usaha pembuatan vaksin RaDVac, pertama kali dilaporkan oleh MIT Technology Review, berbeda dengan proyek Stine dalam dua hal penting. Tidak ada rencana untuk memungut bayaran.

Dan tidak seperti kata-kata berlebihan yang Stine lontarkan di Facebook, RaDVaC memiliki 59 halaman dokumen ilmiah yang menjelaskan bagaimana vaksinnya bekerja. Dokumen ini juga bertujuan menuntun ilmuwan lain yang mungkin ingin membuat formula vaksin mereka sendiri.

Tetapi, dorongan yang memotivasi pembuatan kedua vaksin tersebut tetap sama. Maret lalu, ketika Preston Estep, seorang ilmuwan genom membaca mengenai korban tewas karena pandemi, ia berjanji untuk tidak duduk diam saja.

Ia mengirim email pada ahli kimia, ahli biologi, profesor dan dokter yang ia kenal; menanyakan apakah mereka tertarik untuk membuat vaksin mereka sendiri. Tidak lama kemudian, mereka telah membuat sebuah formula vaksin peptida yang dapat digunakan dengan cara menyemprotkannya ke hidung.

Di akhir April lalu, Dr Estep mencoba vaksin tersebut bersama dengan ilmuwan lainnya dengan cara menyemprotkannya ke hidung mereka. Dr Church, mentor akrab Dr Estep, mengatakan ia mencobanya sendiri di kamar mandi supaya tetap mengikuti prosedur social-distancing.

Prosedur pembuatan obat biasanya dimulai dengan penelitian efek yang muncul pada tikus atau hewan lain. Untuk RaDVaC, ujar Dr Estep, “kamilah hewan percobaannya.”

Tetapi, tanpa pengujian klinis yang ketat, kata Dr August, tidak ada cara pasti untuk mengetahui apakah vaksin tersebut aman dan efektif. Ia menuturkan bahwa ia takut prestasi gemilang para ilmuwan ini malah berarti sebaliknya.

Untuk minggu lalu, lanjut Dr Estep, sekitar 30 orang di Amerika, Swedia, Jerman, Cina dan Inggris telah menggunakan vaksin buatan sendiri. Ia menuturkan bagaimana seorang profesor universitas di Brazil mengatakan bahwa ia tertarik untuk membuat vaksin tersebut sendiri di labnya dan mengedarkannya dengan gratis.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: