Saham produsen chip terbesar China merosot setelah Amerika Serikat (AS) mengincarnya sebagai target sanksi perdagangan setelah Huawei.
PSemiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) menanggapi saran Pentagon itu dengan bingung dan terkejut. Jika itu terjadi, maka pemasok tak bisa menyediakan produk dengan teknologi berbasis AS tanpa izin khusus.
"Washington melakukan penindasan terang-terangan lewat ancaman itu, mereka menggunakan kecemasan akan keamanan nasional untuk melanggar aturan perdagangan internasional," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, dilansir dari BBC, Selasa (8/9/2020).
Baca Juga: Di Tengah Sanksi Amerika, Huawei Jual Saham ke Karyawan, Buat ...
Baca Juga: Samsung Galaxy A20s: Spesifikasi, Harga, dan Ketersediaan
Asal tahu saja, ancaman AS ituu mengindikasikan SMIC sebagai korban perang dagang antara AS dan China. Sebelumnya, Huawei dan ByteDance juga telah merasakan dampak bentrokan dagang itu.
Analis menilai, "larangan perdagangan itu dapat mengancam keberadaan SMIC dan berisiko menghambat upaya Beijing memacu industri semikonduktor negara itu--yang menjadi upaya dari strategi Made in China 2025."
Sekadar informasi, SMIC memiliki lini produksi yang kurang maju daripada pesaingnya; sebab perusahaan itu tak dapat membuat transistor sekecil mungkin sehingga membatasi kemampuannya menghasilkan sejumlah chip mutakhir pada ponsel pintar baru.
Meski begitu, perusahaan itu merupakan pemasok semikonduktor penting bagi perusahaan China; termasuk Huawei. Perusahaan tersebut juga melayani klien internasional, termasuk Qualcomm.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: