Namun, ia mencibir terlalu naif jika mengaitkan pergantian posisi tersebut dengan nobar pemutaran film G-30S/PKI.
"Sangat naif ya kalau dikaitkan hanya karena kesalahan beliau saat memerintahkan jajarannya untuk menononton film itu," sebutnya.
Bagi dia, alasan Gatot tak tepat dan memunculkan multitafsir karena seolah ada kisah yang dibangun.
"Seolah ada kisah yang dibangun. Begitu hebatnya gerakan upaya komunis, tapi ada kekuatan, kekuasaan yang tidak menginginkan posisi panglima untuk mencoba-coba mengganggu gerakan komunis. Itu kan tafsiran yang luas,” ujar Effendi.
Effendi pun heran dengan manuver Gatot yang selalu memainkan momentum G-30S/PKI sebagai isu politik. Ia mengingatkan film G-30S/PKI tak bisa dijadikan referensi tunggal.
Sebelumnya, Gatot menyebut ada senior PDIP yang memperingatkan dirinya agar menghentikan ajakan nobar G-30s/PKI ke prajurit TNI. Kata dia, pesan politikus PDIP itu bila tak berhenti menginstruksikan ajakan menonton maka Gatot bisa dicopot dari Panglima TNI.
"Beliau senior di PDIP, mungkin beliau sahabat dengan saya, sayang dengan saya menyampaikan hal tersebut. Pak Gatot hentikan saja ini. Kalau tidak, saya tidak jamin, pak Gatot bisa dicopot," kata Gatot dalam wawancara dengan tvOne.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami