Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Ketar-Ketir Kala Partai Republik Kalah Dominan dari Demokrat

Trump Ketar-Ketir Kala Partai Republik Kalah Dominan dari Demokrat Kredit Foto: Reuters/Leah Millis
Warta Ekonomi, Washington -

Empat pekan menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) pada 3 November mendatang, sekitar 4,5 juta suara yang sudah masuk, Selasa (6/10/2020).

Lonjakan jumlah suara awal itu menggambarkan kemungkinan capaian rekor jumlah pemilih dalam pertarungan politik antara capres dari kubu Republik, sang petahana Donald Trump dan lawan politiknya, capres Joe Biden.

Baca Juga: Membandel Terus, Trump Masih Gaungkan Jangan Takut sama Corona

“Kenaikan jumlah suara dipengaruhi perluasan sistem pemungutan suara awal dan melalui layanan pos di banyak negara bagian atas pertimbangan cara aman memilih di tengah pandemi Covid-19,” kata pengelola Elections Project, Florida University, Michael McDonald, dilansir Associated Press.

McDonald juga menyebut, bahwa publik ingin ikut serta dalam menentukan masa depan politik Trump. Dia mencatat, jumlah pemilih Demokrat yang lebih banyak masuk.

“Kami tak pernah melihat orang sebanyak ini memanfaatkan hak suara jauh hari sebelum pemilu. Masyarakat memilih ketika mereka memutuskan. Kita tahu, banyak orang telah memutuskan sejak lama dan sudah mempunyai penilaian penting tentang Trump,” katanya.

Dengan angka pemilih awal yang tinggi itu, McDonald memprediksi, jumlah pemilih total nantinya mencapai 150 juta orang, mewakili 65 persen dari daftar pemilih.

Ini persentase tertinggi sejak 1908.jumlah sekitar 4,5 juta suara yang sudah masuk datang dari 23 negara bagian. Jumlah itu akan bertambah dalam beberapa pekan ke depan, karena sudah 39 negara bagian menggelar pemungutan suara awal dan via surat.

Menurut Komisi Bantuan Pemilu, persentase pemilih yang memberikan hak suara secara langsung pada hari pemungutan suara 3 November sudah mengalami penurunan.

Angka total suara masuk lewat pemungutan suara awal atau via surat telah bertambah lebih dari dua kali lipat, dari hampir 25 juta pada 2004 menjadi 57 juta suara pada 2016.

Trump telah berulang kali memprotes sistem pemungutan suara via surat. Dia menyebut, sistem seperti itu akan mengarah pada kecurangan. Namun, para pakar menilai kecurangan justru jarang terjadi.

Menurut data di tujuh negara bagian, pendukung Partai Demokrat yang mengusung Joe Biden mengembalikan surat suara yang mereka terima lewat pos sejumlah dua kali lipat lebih banyak dibandingan Partai Republik-yang mengusung Trump.

Di negara Bagian Florida, sebagai wilayah pemilihan yang krusial, lebih dari 2,4 juta pendukung Demokrat meminta surat suara dan 282.000 telah mengembalikannya, sementara hampir 1,7 juta pendukung Partai republik meminta surat suara dan 146.000 telah mengembalikannya.

Pada Selasa (6/10/2020) waktu setempat, antrean panjang pemilih dilaporkan terjadi di Ohio dan Indiana, saat pemungutan suara awal dimulai di negara bagian tersebut.

Pemungutan suara melalui surat, absensi, atau secara langsung. Ratusan warga menunggu di luar kantor Dewan di Hamilton, Franklin dan Cuyahoga, yang melayani pemilih dari tiga kota terbesar Cincinnati, Columbus dan Cleveland.

Menurut lembaga penyedia data pemilu Elections Project, angka itu tercatat 75.000 suara lebih banyak dibanding periode yang sama pada pemilu 2016. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: