Islamofobia Macron dan Efek Bumerang dari Mantra Menteroriskan Muslim
Kebetulan, Presiden Prancis, yang berpura-pura mengobarkan perang salib untuk kebebasan berbicara, menanggapi reaksi ini dengan sangat buruk dan menarik duta besarnya dari Turki sebagai protes.
Reaksi internasional lainnya berkembang secara bertahap. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan juga mengkritik Presiden Prancis. Dia menganggap bahwa "pernyataan publik yang didasarkan pada ketidaktahuan Macron akan menciptakan lebih banyak kebencian, Islamofobia, dan ruang bagi ekstremis."
Sementara itu, seruan boikot menyebar ke seluruh Dunia Muslim. Supermarket di Kuwait, Qatar, Jordan sudah mengosongkan raknya dari produk Prancis. Pemerintah Prancis terlihat sangat kecewa dengan gerakan ini. Namun, alih-alih mengadopsi nada damai, ia menggunakan kata-kata sombong dan menuduh para pemboikot sebagai bagian dari 'minoritas radikal'.
Perilaku merendahkan tersebut hanya akan memperburuk perasaan negatif terhadap Perancis dan merugikan ekspor Perancis di saat resesi global.
Sementara kebijakan Macron yang disalahpahami menghasilkan efek bumerang secara internasional, banyak pengamat Prancis memperkirakan bahwa dia juga akan gagal di dalam negeri. Aurelien Tache, yang merupakan anggota parlemen dari partai Macron mengungkapkan keraguannya tentang pendekatan ini: "dengan jenis pendekatan ini, kami tidak akan berhasil menghilangkan satu ekstremisme --Islam-- dan kami akan berhasil memperkuat yang lain --ekstrem kanan".
Lebih jauh, wacana Islamofobia sudah dicoba dan diuji oleh pendahulunya Sarkozy, dan itu tidak membantunya memenangkan pemilihan pada tahun 2012.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: