Demokrat Doyan Kibarkan Isu HAM, Jika Biden Menang, Prabowo Tamat?
Yang menarik lain, di pilpres ini soal perebutan kantong-kantong suara. Dulu, negara bagian Arizona jadi kantongnya Republik, tapi sekarang dicuri Biden yang dari Demokrat. Begitu pula sebaliknya. Negara bagian South Carolina yang pilpres lalu dikuasai Demokrat, bisa dicaplok Republik.
Yang menakjubkan apa? Meski banyak sistem warga AS memberikan hak pilihnya, seperti lewat pencoblosan di hari H, ada juga yang memilih duluan (early voting) atau lewat pos, tapi metode yang ribet seperti itu tak membuat kepercayaan warganya terhadap keabsahan pilpres, berkurang.
Beda dengan di sini, pencoblosan hanya dilakukan di hari H. Tidak ada early voting, juga memberikan suara lewat pos. Yang menjengkelkan dan menganehkan tentu kelakuan kedua capresnya.
Sangat langka di AS, capres memproklamirkan kemenangan sebelum hasil finalnya diketahui. Hal ini terlihat saat Trump mengumumkan sebagai pemenang dengan angka 60 persen. Pendukung Trump juga begitu. Sudah rame-rame pesta di jalan-jalan.
Anehnya yang lain, Trump yang seorang petahana menuding dicurangi. Padahal, biasanya yang nuduh begitu selalu disuarakan lawan. Tambah aneh lagi saat Trump menyerukan penghentian penghitungan suara. Biden juga mengklaim kemenangan, tapi dia tak seaneh Trump.
Melihat klaim kemenangan kedua capres yang begitu kuat, ada prediksi pilpres AS ini akan berakhir di Supreme Court atau Mahkamah Agung, bukan di Mahkamah Konstitusi (MK).
Untuk RI, Trump Apa Biden?
Tadi malam, Trump ngariung di Gedung Putih menunggu hasil pilpres. Sedangkan Biden memilih menunggu sambil jagain markas. Nah, sambil menunggu hasil final pilpres AS, kita perlu bicara yang lain, apa sih dampaknya bagi RI kalau Trump yang menang lagi, atau Biden yang unggul?
Pengamat masalah Internasional, Prof Tjipta Lesmana punya analisis tajam. Kata dia, Trump atau Biden itu ada plus minus buat RI. Partai Republik yang jadi kendaraan Trump, kata Tjipta, selalu pragmatis, selalu memilih mana yang untungkan AS.
“Indonesia akan terseret untuk melaksanakan kepentingan AS jika Trump lagi yang menang, terutama dia akan mengajak RI untuk konfrontasi dengan China,” kata Tjipta.
Sebaliknya, tegas Tjipta, jika Biden yang menang, maka isu HAM akan dikibarkan.
“Prabowo akan tamat, peristiwa penculikan aktivis mahasiswa 1997-1998 pasti dikorek lagi, Biden takkan dukung Prabowo Presiden RI 2024,” ujar Tjipta mengaitkan dampak kemenangan Biden langsung ke kans Menhan Prabowo yang digadang-gadang akan jadi capres di 2024.
Padahal, Prabowo baru-baru ini dari AS memenuhi undangan Menhan AS Mark Esper. Kedatangan Prabowo ke AS sempat heboh karena berpuluh-puluh tahun Prabowo tak mendapat visa dari AS.
“Kalau Biden menang, Menhan AS yang senang ke Prabowo itu, pasti dicopot kan,” katanya.
Tjipta juga menganalisis, jika Biden menang, maka ketegangan dengan China bisa diperlunak. “Karena Menlu AS Mike Pompeo juga pasti dicopotkan,” ujar Tjipta.
Tapi, Tjipta menilai RI rugi kalau perang dagang AS Vs China diperlunak, karena selama ini pertarungan itu menguntungkan bisnis RI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto