Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pekan Kedua Desember, Harga TBS di Sumatera Makin Moncer

Pekan Kedua Desember, Harga TBS di Sumatera Makin Moncer Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam truk di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mencatat volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada bulan Juli 2020 naik sebesar 13 persen menjadi 3,13 juta ton dari sebelumnya 2,76 juta ton dan ekspor produk olahan CPO naik sebesar 21,8 persen menjadi 1,97 juta ton dari sebelumnya 1,6 juta ton. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki pekan II-Desember 2020, harga tandan buah segar (TBS) di Pulau Sumatera tercatat makin baik. Tim Penetapan Harga di Provinsi Riau telah menetapkan harga TBS untuk kategori umur tanaman 10–20 tahun pada periode tersebut menguat 1,5 persen menjadi Rp2.182,34 per kg dibandingkan pekan lalu.

Sementara itu, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang ditetapkan sebesar Rp9.585,56 per kg dan harga Kernel Rp6.362,03 per kg. Tak berbeda jauh dengan Riau, harga TBS di Sumatera Utara untuk periode dan kategori umur yang sama juga mengalami kenaikan yang signifikan.

Baca Juga: Harga TBS Sawit di Pulau Sumatera, Makin Mengudara

Harga TBS di Sumatera tercatat sebesar Rp2.161,25 per kg dengan harga CPO yakni Rp9.525,34 per kg dan harga Kernel Rp6.432,33 per kg. Tim penetapan harga Provinsi Jambi telah menyepakati harga TBS sawit umur 10-20 tahun mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen menjadi Rp2.151,6 per kg, dengan harga CPO yang ditetapkan Rp9.331,94 per kg dan harga Kernel Rp5.742,28 per kg.

Faktor internal yang mendorong kenaikan harga TBS adalah perkiraan penurunan produksi di penghujung tahun 2020 sebagai dampak dari perubahan iklim dan terbatasnya penggunaan pupuk oleh petani.

Secara eksternal, India sebagai importir CPO terbesar dari Indonesia telah menurunkan bea impor dari 37,5 persen menjadi 27,5 persen. Presiden Indian Vegetable Oil Producers Association (VPA), Sudhakar Desai, memperkirakan permintaan CPO di negaranya bisa melonjak hingga 100.000 ton per bulan melalui kebijakan tersebut.

"Sebab impor CPO akan lebih murah ketimbang produk pesaingnya. Pemangkasan ini membuat CPO lebih kompetitif. India membuat kebijakan dengan cukup membayar bea masuk 7,5 persen lebih murah dibandingkan impor minyak kedelai atau biji bunga matahari," katanya. Sebagai informasi, tarif bea masuk untuk minyak kedelai dan biji bunga matahari di India adalah 35 persen.

Beberapa faktor inilah yang kemudian menjadi sentimen pengerek harga TBS dan CPO ke level tinggi meskipun di tengah pandemi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: