Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pontang-panting Lawan Covid, Musibah Demi Musibah Hantam Indonesia, Menyedihkan...

Pontang-panting Lawan Covid, Musibah Demi Musibah Hantam Indonesia, Menyedihkan... Kredit Foto: Rahmat Saepulloh

BNPB juga mencatat salah satu wilayah di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan terendam banjir. Begitu juga di Cirebon, Jawa Barat, ratusan rumah terendam akibat meluapnya air sungai. Di Maluku Utara, sedikitnya 2.863 orang mengungsi akibat banjir. Banjir dan tanah longsor juga menerjang Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (16/1). Peristiwa itu terjadi di Kecamatan Tikala, Paal Dua, Malalayang, Sario, Bunaken, Tuminting, Mapanget, Singkil, dan Wenang. Tercatat 6 orang meninggal, dan 500 warga harus mengungsi.

Selain banjir, tanah longsor dan gempa bumi, dua gunung berapi juga mulai batuk-batuk. Pertama, Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengeluarkan guguran awan panas sejauh 4,5 kilometer, Sabtu (16/1). Kedua, Gunung Sinabung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, menyemburkan debu setinggi lebih kurang 500 meter, Minggu (17/1).

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memprediksi, sejumlah bencana yang muncul ini dikarenakan masyarakat abai terhadap lingkungan.

“Sebenarnya, kalau kita tidak reaktif, bencana yang kemarin terjadi di Sulawesi Barat, lalu di Kalimantan Selatan karena banjir bandang, bisa di-minimize (diperkecil),” kata Mega, saat rapat DPP PDIP secara daring, kemarin.

 

Selain diuji dengan bencana alam, ekonomi Indonesia selama dilanda pandemi makin mengkhawatirkan. Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan, pelemahan ekonomi itu sudah terjadi awal tahun lalu. Kondisi itu diperparah dengan adanya pandemi.

“Di awal semester tahun ini kita akan kesulitan cash flow. Dampak dari krisis multidimensi ini akan lebih gawat dibandingkan sebelum 98,” kata Rizal, meramal.

Krisis moneter saat itu karena pemerintahan Soeharto banyak berutang. Anehnya, rakyat di luar Pulau Jawa justru senang. Kenapa? Karena petani karet, sawit, dan cokelat yang tadinya dapat Rp 3 ribu per 1 dolar AS, jadi Rp 15 ribu per dolarnya. Bedanya, saat ini seluruh masyarakat mengalami kesulitan.

Eks menko maritim ini menganggap kondisi ekonomi sekarang lebih buruk ketimbang krisis 1998. Ada dua faktor yang mengakibatkan krisis saat ini. Pertama, persoalan utang. “Kita sudah sampai pada titik di mana untuk bayar bunga utang, harus berutang lagi,” sesalnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: