Pembicaraan Damai Palestina-Israel, Rusia Nyentil: Apa Kabar Ya?!
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mendorong Israel dan Palestina memulai kembali dialog langsung untuk membahas perdamaian. Namun, dia mengakui hal itu bakal bergantung pada pemilu parlemen Israel yang digelar Maret mendatang dan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS).
"Sejumlah peristiwa menanti kita yang akan berdampak langsung pada terciptanya kondisi dialog langsung seperti itu," kata Lavrov dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Moskow pada Rabu (3/2/2021), dikutip laman Anadolu Agency.
Baca Juga: Solusi 2 Negara, Sekjen PBB Janji Bakal Fasilitasi Perdamaian Israel-Palestina
Lavrov meminta Kuartet Internasional, yakni Uni Eropa, PBB, AS, dan negaranya Rusia, aktif mendorong Palestina-Israel melanjutkan pembicaraan langsung. Kendati demikian, dia menekankan, dalam kasus apa pun, penyelesaian masalah Palestina harus didasarkan pada prinsip solusi dua negara.
Lavrov berharap normalisasi beberapa negara Arab dengan Israel tidak membayangi masalah Palestina.
Pembicaraan damai Israel-Palestina benar-benar terhenti sejak mantan presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017. Setelah pengakuan itu Palestina mundur dari perundingan. Hal itu karena ia menilai AS sudah tak menjadi mediator yang normal karena membela kepentingan politik Israel.
Saat ini, Otoritas Palestina mencoba membuka kembali kontak dengan AS di bawah pemerintahan Joe Biden. Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengungkapkan dia telah melakukan pembicaraan dengan Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Israel-Palestina Hadi Amro.
"Kami mendiskusikan cara untuk melanjutkan hubungan Palestina-Amerika, termasuk pembukaan kantor diplomatik dan konsuler, serta melanjutkan bantuan AS, mendukung UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) dan mendorong proses perdamaian," kata Shtayyeh dalam rapat kabinet pada Senin (1/2/2021), dikutip laman Middle East Monitor.
Saat berbicara dengan Amro, Shtayyeh mengungkapkan bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas siap memulai proses politik berdasarkan legitimasi dan hukum internasional. Namun, hal itu harus ditengahi oleh Kuartet Internasional, yakni PBB, Uni Eropa, Rusia, dan AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: