Eks Diplomat AS Sebut Indonesia Bisa Maju Lebih Cepat dari China, Ini Alasannya...
Dengan tiga kesamaan tersebut, dia berharap, Indonesia-Amerika bisa duduk bersama untuk menentukan tatanan dunia baru. Sebab, pandemi Covid-19 saat ini membawa dampak panjang dan destruktif bagi ekonomi semua negara dunia, yang bisa menyebabkan krisis sosial.
AS di bawah Presiden Joe Biden yang didukung Partai Demokrat juga sudah menyadari, bahwa tidak bisa lagi menjadi kekuatan tunggal dunia, dan harus bekerja sama dengan negara lain seperti Indonesia.
"Indonesia sudah jadi kekuatan utama ASEAN. Jumlah umat Islamnya terbesar di dunia. Dua aset utama tersebut bisa sebagai modal Indonesia secara global untuk menentukan tatanan dunia baru," kata Anis.
Indonesia-AS, lanjutnya, bisa melakukan kerjasama regional untuk mempertahankan kawasan dari ancaman negara lain, sehingga ekonominya akan tumbuh. Tidak seperti di Timur Tengah yang penuh dengan konflik.
Kerjasama lain yang bisa ditingkatkan adalah membangun infrastuktur energi terbarukan di Indonesia, karena membutuhkan teknologi dan investasi yang besar. "Jika tidak dimanfaatkan Amerika, celah ini tentu akan diisi oleh negara lain dari sisi bilateral. Karena Indonesia butuh alternatif," katanya.
Selanjutnya, kerjasama lain yang bisa dilakukan antara Indonesia-AS adalah transfer teknologi. Kegagalan Indonesia selama ini, menurut Anis, transfer teknologi sudah dilakukan pada masa Orde Baru, namun tidak diintegrasikan dengan sistem ekonomi.
Akibatnya, pertumbuhan teknologi tidak sebanding dengan pertumbuhan ekomomi. “Amerika bisa menjadi patner dalam hal itu," yakinnya.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2013 –2015 ini berharap, ide dan gagasan besar Partai Gelora bisa disampaikan Stanley Harsha ke Presiden Joe Biden dan Kongres AS, serta Partai Demokrat.
"Akan menjadi kerjasama stretegasi bagi Indonesia dan Amerika Serikat, termasuk kerjasama dalam biang pendidikan. Ini agenda yang kita perjuangkan di Indonesia. Bisa di-share ke Demokrat dan Kongres. Ini bagian dari narasi besar Partai Gelora," pungkasnya.
Diskusi ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik, dan dipandu oleh Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri, Henwira Halim.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: