Berdasarkan hasil riset, 68,7% masyarakat mengaku tertarik dengan pendidikan tinggi vokasi dengan alasan prospek kerja yang bagus. Riset ini diselenggarakan MarkPlus, Inc. dengan judul "Ketertarikan Masyarakat terhadap Pendidikan Vokasi".
Riset dilakukan terhadap 890 orang di 10 wilayah di Indonesia. Kesepuluh wilayah tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Bali, dan Sulawesi Utara.
Baca Juga: Jadi Pengusaha karena 'Kecelakaan', Sandiaga Uno Ungkap Tak Akan Sekaya Sekarang Jika Hanya Bekerja
Deputy Chairman MarkPlus, Inc. Taufik studi mengungkapkan, studi yang singkat (46,1%) dan dapat langsung bekerja setelah lulus menjadi alasan lainnya masyarakat tertartik dengan pendidikan vokasi. "Ada dua tujuan riset ini, yakni untuk mengetahui ketertarikan calon peserta didik/orang tua terhadap pendidikan SMK dan pendidikan tinggi vokasi," kata Taufik di Jakarta, Selasa (6/4/2020).
Hasil riset lainnya mengungkapkan bahwa dari sisi awareness, mayoritas responden mengaku aware dengan pendidikan SMK dan pendidikan tinggi vokasi. Sejumlah 92,3% responden mengetahui informasi seputar SMK, sedangkan 70,6% responden mengetahui informasi mengenai pendidikan tinggi vokasi.
"Dari hasil survei, tingkat pengetahuan sejumlah responden terhadap pendidikan tinggi vokasi masih berada dibawah SMK. Namun, mayoritas responden mengaku aware dengan pendidikan SMK dan pendidikan tinggi vokasi, di mana sumber informasi terbesar adalah melalui teman," jelasnya.
Sementara itu, jika dilihat dari tingkat ketertarikan masyarakat, mayoritas responden tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke SMK (82,05%) dan pendidikan tinggi vokasi (78,6%). Faktor ketertarikan terbesar terhadap SMK dipengaruhi oleh prospek kerja yang dinilai bagus (57,8%) dan pilihan jurusan yang banyak (51,95%).
Ketertarikan responden terhadap pendidikan SMK dan pendidikan tinggi vokasi juga dipengaruhi oleh cita-cita responden yang mayoritas menjadi pengusaha (20,2%). Selain itu, ada pula yang ingin bekerja di bidang desainer fashion dan desain grafis, di mana kedua pekerjaan tersebut dapat ditunjang pada jurusan yang ada di pendidikan SMK maupun pendidikan tinggi vokasi.
Di sisi lain, responden dengan kategori orang tua siswa SMK, ingin agar anaknya dapat melanjutkan pendidikan ke Pendidikan Tinggi pada Fakultas Vokasi dengan pertimbangan prospek ke depan (37,9%). Berbeda dengan responden dari kategori orang tua siswa SMA, mereka ingin agar anaknya memilih Pendidikan Tinggi Fakultas Non Vokasi dengan pertimbangan kualitas dan reputasi dari instansi (41,3%).
"Jika dilihat dari responden siswa SMA dan SMK, kedua kategori ini lebih memilih Universitas Negeri dengan Fakultas Non Vokasi. Alasannya adalah kualitas dan reputasi dengan angka 36,6% untuk responden siswa SMK dan 40,4% untuk responden siswa SMA," lanjut Taufik.
Menurut Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya, dari hasil survei tersebut perlu diperlukan adanya peningkatan awareness terhadap pendidikan vokasi untuk dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat.
"Setelah awareness dari pendidikan vokasi meningkat, bisa dilanjutkan untuk melakukan komunikasi terhadap kualitas dari SMK dan pendidikan tinggi vokasi, dan akhirnya melakukan pendekatan entrepreneurial marketing untuk pendidikan vokasi, khususnya kepada siswa SMK dan mahasiswa D3," ujar Hermawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum