Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Direktur Waskita Karya Beberkan Penyebab Perusahaan Terbelit Utang Rp90 Triliun

Direktur Waskita Karya Beberkan Penyebab Perusahaan Terbelit Utang Rp90 Triliun Kredit Foto: Sufri Yuliardi



Dengan begitu, kata Taufik, kondisi keuangan perseroan tidak kunjung membaik walaupun telah beradaptasi dengan pandemi. "Ini di luar kontrol kami, tapi ini sangat mempengaruhi Waskita," katanya.

Saat ini progress divestasi terhadap lima ruas jalan tol Waskita Karya masih berjalan, dengan rincian satu ruas telah selesai transaksi, satu ruas sedang dalam proses transaksi, dan tiga ruas dengan pola sell swap. 

Sedangkan empat aset ruas jalan tol lainnya berpotensi didivestasikan ke Indonesia Investment Authority (INA). Keempat ruas itu adalah Pemalang-Batang (60 persen), Krian-Legundi-Bunder-Manyar (99,82 persen), Cimanggis-Cibitung (90 persen), dan Waskita TransJawa Toll Road (39,50 persen).

Taufik menjelaskan, Waskita Karya telah berdiskusi dengan Lembaga Penyelenggara Investasi (INA) yang baru terbentuk tersebut. “Dari diskusi sebenarnya INA ada rencana bersama dengan Waskita, aset mana saja yang akan didivestasikan tahun ini, tahun depan, bahkan 3 tahun lagi,” katanya.

Minat INA untuk menyerap aset Waskita Karya itu dipastikan tidak akan mengeliminasi proses divestasi ke investor yang dalam tahap proses, seperti ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Taufik berujar ruas tol tersebut telah dalam proses pelepasan ke investor asing dan INA juga tertarik untuk masuk, namun perusahaan pelat merah itu akan mengutamakan proses yang sudah berlangsung dengan investor asing sebelum INA.

Sebelumnya, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan menyoroti kinerja keuangan Waskita Karya. BUMN Karya ini termasuk yang disebutnya tengah kehausan sampai kerongkongan akibat terbelit utang jumbo. 

Secara spesifik Dahlan mengatakan Waskita Karya bisa saja menjual jalan tol miliknya. Bila upaya ini dilakukan, perusahaan bisa membalikkan kerugian menjadi laba. Namun, tak banyak pihak yang mau membeli jalan tol di masa sulit.

Akhirnya kembali ke hukum dasar bisnis, yakni siapa yang efisien, dialah yang unggul. Waskita akan bisa cepat menjual asetnya kalau bisa menawarkan dengan harga menarik, tapi bagaimana bisa membuat harga menarik kalau biaya membuat jalannya saham sudah tinggi?," tutur Dahlan dalam laman pribadinya disway.id, Senin (5/4/2021).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: