Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Musnahkan Uang Tidak Layak Edar Sebanyak Rp 195,16 Miliar

Warta Ekonomi -

WE Online, Manado - Kepala Kantor BI Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru mengatakan Bank Indonesia (BI) memusnahkan uang tidak layak edar sebanyak Rp 195,16 miliar pada triwulan II tahun 2014.

"Jika dibandingkan dengan triwulan I-2014 pemusnahan uang tidak layak edar mengalami peningkatan 3,93 persen dari Rp 187,78 miliar menjadi Rp 195,16 miliar pada triwulan II tahun 2014," katanya di Manado, Selasa (19/8/2014).

Peningkatan ini, kata Luctor, karena masih banyak masyarakat yang belum memperlakukan uang rupiah sebagaimana mestinya.

"Masih banyak kedapatan warga yang hanya mengkucel uang kertas rupiah dan langsung dimasukkan ke kantong atau pedagang yang membiarkan uang tersebut kotor, seperti ada bekas darah ikan dan sebagainya," jelas Luctor.

Sementara itu, Assisten Direktur BI Perwakilan Sulut Eko Siswantoro mengatakan uang tidak layak edar adalah uang asli tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu uang lusuh, uang cacat, uang rusak, dan uang yang telah dicabut atau ditarik dari peredaran.

"Uang lusuh adalah uang yang ukuran fisiknya tidak berubah dari ukuran aslinya, tetapi kondisi uang telah berubah disebabkan, antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia, coret-coretan," jelas Eko.

Untuk uang cacat adalah uang hasil cetak spesifikasi teknisnya tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

"Uang rusak adalah uang yang ukuran atau fisiknya telah berubah dari ukuran aslinya yang antara lain karena terbakar, berlubang, hilang sebagian, atau uang yang ukuran fisiknya tidak berubah dari ukuran aslinya antara lain karena robek atau uang yang mengerut," katanya.

Oleh karena itu, BI dan perbankan yang ada di Sulut terus melakukan sosialisasi bagaimana memperlakukan uang rupiah dengan baik dan benar.

"Masyarakat harus tahu proses percetakan uang rupiah sangat mahal. Kita harus mengimpor bahan baku dari luar negeri dengan harga yang sangat tinggi. Jadi, perlu dihargai dengan baik," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: