Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ramalan PBB Bilang 25 Juta Rakyat Myanmar Berpotensi Hidup dalam Kemiskinan Mulai Tahun Depan

Ramalan PBB Bilang 25 Juta Rakyat Myanmar Berpotensi Hidup dalam Kemiskinan Mulai Tahun Depan Kredit Foto: Reuters/Stringer
Warta Ekonomi, Naypyitaw -

Sekitar 25 juta orang di Myanmar, atau setengah dari populasi negara itu, dapat hidup dalam kemiskinan tahun depan menyusul dampak buruk COVID-19 dan kudeta militer, menurut laporan baru dari PBB, Jumat (30/4/2021), dikutip dari Jurist, Selasa (4/5/2021).

Laporan berjudul “COVID-19, Kudeta dan Kemiskinan: Memperparah Guncangan Negatif dan Dampaknya pada Pembangunan Manusia di Myanmar,” menemukan bahwa perbaikan yang telah dilakukan Myanmar dalam mengurangi kemiskinan dalam 12 tahun antara 2005 dan 2017 berisiko terkikis oleh tantangan baru-baru ini yang melanda negara. Selama 12 tahun itu, Myanmar mengurangi separuh statistik kemiskinannya.

Baca Juga: Serangan Udara Gagal, Helikopter Junta Myanmar Lebih Dulu Dilumpuhkan Pemberontak

Terlepas dari peningkatan ini, laporan tersebut menemukan bahwa sepertiga dari populasi Myanmar masih rentan, dianggap "hampir miskin" pada tahun 2017, dan kemungkinan besar akan terpengaruh secara signifikan oleh kejadian yang tidak terduga.

“Mengingat sistem perlindungan sosial yang lemah, dan ketergantungan yang besar pada pendapatan rumah tangga yang rentan, sebagian besar penduduk tetap rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan jika terjadi guncangan eksogen,” catat laporan itu.

Guncangan eksogen ini terwujud dengan COVID-19 dan kudeta militer. Sebagian besar karena pembatasan yang diberlakukan sehubungan dengan COVID-19, 83 persen rumah tangga Myanmar mengatakan mereka mengalami penurunan pendapatan akhir-akhir ini.

Bisnis rumah tangga non-pertanian paling terpengaruh. Musim pertanian sebagian besar telah selesai ketika COVID-19 merebak di negara tersebut.

Tingkat kemiskinan ditemukan meningkat antara enam dan 11 persen setelah wabah COVID-19 tahun lalu. Kudeta militer yang dimulai pada Februari tahun ini ternyata memperburuk dampak COVID-19.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: