Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PBB Seperti Macan Ompong yang Lembek ke Israel: Perserikatan Bohong-Bohongan

PBB Seperti Macan Ompong yang Lembek ke Israel: Perserikatan Bohong-Bohongan Kredit Foto: Instagram/timesofisrael
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari sepekan, tentara Israel membabi buta membombardir rakyat Palestina. Korban sipil terus berjatuhan. Ratusan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas. Ribuan rumah, gedung perkantoran, sekolah, hingga rumah sakit, hancur lebur. Sementara PBB yang punya kapasitas untuk menghentikan kebiadaban si zionis itu, justru lembek. Nggak heran, banyak pihak meledek PBB dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi Perserikatan Bohong-Bohongan.

Sampai kemarin, Israel masih menyerang Jalur Gaza, Palestina, dengan roket. Bola api dan asap hitam yang mengepul ke udara masih terlihat di sejumlah titik.

Baca Juga: DK PBB Bikin Banyak Pihak Kecewa, Malaysia Sekarang Berani Teriak: Sudah Gini Hari, Tidak Ada...

Serangan Israel yang memasuki pekan kedua ini, telah menewaskan 213 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, 34 wanita, dan melukai lebih dari 1.400 orang.

Sementara itu, 52 ribu warga Gaza kehilangan tempat tinggal. Dari jumlah tersebut baru sekitar 47 ribu warga Gaza yang dievakuasi di 58 shelter PBB di sekolah-sekolah di Gaza. Kebiadaban Israel ini juga membuat 132 gedung hancur dan 316 rusak parah. Termasuk 6 rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan.

Selain menewaskan warga, serangan Israel juga mulai menimbulkan masalah baru di Gaza. Warga Gaza terancam kehabisan pasokan listrik. Pembangkit listrik mulai kehabisan bahan bakar karena Israel mencegah masuknya bahan bakar.

“Bahan bakar yang tersedia cukup untuk mengoperasikan pembangkit listrik hanya untuk dua atau tiga hari,” kata Mohammad Thabet, juru bicara PLN di sana.

Indonesia bersama dunia internasional telah mengeluarkan sikap, mengutuk kekejaman Israel terhadap warga Palestina. Seruan agar PBB segera bersikap dan mengambil keputusan terus disuarakan. Namun sampai kemarin, belum ada satu pun keputusan konkret yang diambil PBB. Sejak 10 Mei lalu, Dewan Keamanan PBB sudah tiga kali menggelar sidang untuk merumuskan pernyataan sikap soal ini. Namun, tiga kali sidang berakhir tanpa hasil konkret.

Pertemuan terakhir digelar pada Minggu lalu. Debat terbuka yang digagas oleh China, Norwegia, dan Tunisia itu digelar secara virtual dan dihadiri utusan 15 anggota dewan, seperti Inggris, Prancis, AS. Kedua negara yang berkonflik, yakni Palestina dan Israel ikut bicara dalam pertemuan itu.

Masing-masing negara yang hadir pada umumnya menyerukan gencatan senjata dan agar warga bisa hidup berdampingan. Dalam draft yang dilihat AFP, PBB menyerukan “penurunan situasi, penghentian kekerasan dan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional, termasuk perlindungan warga sipil, terutama anak-anak.” Pernyataan itu menyuarakan “keprihatinan besar” pada krisis Gaza.

Termasuk mengungkapkan “keprihatinan serius” tentang kemungkinan penggusuran keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur. Serta, menentang “tindakan sepihak” yang kemungkinan akan meningkatkan ketegangan lebih lanjut.

Namun, saat akan pengambilan persetujuan pada Minggu lalu, AS menolak draft rancangan China tersebut. Pemblokiran ini adalah yang ketiga kalinya dalam seminggu. Karena berakhir buntu, dewan akan kembali menggelar pertemuan tertutup pada Selasa (18/5).

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken membela keputusan untuk memblokir pernyataan Dewan Keamanan yang menyerukan diakhirinya permusuhan. “Kami tidak (ingin) menghalangi proses diplomasi,” kata Blinken, dalam konferensi pers di Kopenhagen pada Senin (17/5).

Sikap ini selaras dengan Presiden AS Joe Biden yang mendukung Israel dalam melakukan penyerangan terhadap Hamas di Jalur Gaza. AS mendukung Israel melakukan penyerangan karena menganggap Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dari gempuran roket Hamas. Sama seperti Israel, AS juga menganggap Hamas sebagai bagian dari organisasi teroris.

Tak hanya itu, pemerintahan Joe Biden dilaporkan berencana menjual senjata berpemandu presisi ke Israel senilai 735 juta dolar AS atau Rp 10,29 triliun.

Sikap AS itu mendapat banyak sorotan. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi menyesalkan sikap AS yang memblokir pernyataan DK PBB. Beijing kemudian mendesak upaya internasional yang lebih besar untuk menghentikan pertumpahan darah. “Sayangnya, hanya karena halangan satu negara, DK PBB belum dapat berbicara dengan satu suara,” kata Yi.

Dia mengatakan, China yang terus berusaha memperluas perannya di dunia, akan menyambut baik menjadi tuan rumah pembicaraan antara perwakilan Israel dan Palestina.

Malaysia juga kecewa dengan DK PBB yang tidak mampu menghasilkan posisi bersatu untuk menghentikan kekerasan Israel terhadap Palestina. Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein meminta DK PBB segera bertindak, dan memenuhi tanggung jawabnya di bawah Piagam PBB.

Karena tidak adanya tindakan terpadu DK PBB, Malaysia mendesak Majelis Umum PBB menggelar sidang khusus demi mengakhiri pertempuran.

Turki ikut menyentil AS. Duta Besar Turki untuk PBB, Feridun Sinirlioglu menilai kegagalan DK PBB tak bisa diterima. Sinirlioglu mengutuk keras agresi Israel, termasuk serangan udara, terhadap warga Palestina. Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada bangsa Palestina atas hilangnya nyawa, termasuk bayi dan anak-anak. Ia mengatakan, mekanisme perlindungan internasional harus dibentuk untuk mencegah agresi Israel dan memastikan perlindungan bagi warga sipil Palestina.

Di Indonesia, dukungan terhadap Palestina dan kecaman terhadap Israel terus disuarakan. Mulai dari pemerintah, DPR, MPR hingga rakyat biasa. Bahkan, kemarin ribuan buruh berunjuk rasa di kantor PBB di Jakarta, menyampaikan protes terhadap aksi kekejaman Israel terhadap Palestina.

Eks Ketum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif ikut mengkritik PBB yang dianggap tak berdaya melihat kebiadaban yang terjadi di Palestina. Buya juga menyayangkan dunia Arab tidak pernah kompak menyudahi konflik yang telah berumur panjang ini.

“PBB seperti macan ompong berhadapan dengan negara Zionis dukungan Amerika Serikat ini,” kritik Buya.

Warganet Indonesia sampai mengelus dada melihat PBB tak berdaya. Akun @aryrmansh menceritakan, sejak SD ia selalu diberi tahu bahwa PBB adalah penjaga perdamaian. Namun sekarang PBB ternyata perserikatan boong-boongan, tak berdaya di bawah telunjuk AS.

“PBB sekarang nggak jelas, Palestina begini, diem aja. Gembel,” cetusnya.

Pengamat politik dari President University, AS Hikam menilai, sikap diam Presiden AS Joe Biden terhadap konflik Israel-Palestina memang memuakkan. Padahal, sebanyak 30 Senator dari Partai Demokrat sudah menyuarakan untuk menghentikan serangan tersebut. “Ada yang tak beres dengan Biden,” kata Hikam, kemarin.

Kata dia, solusi konflik Palestina sama seperti yang disuarakan Gus Dur. Kemanusiaan dan antikekerasan adalah prinsip utama. Militer dan politik saja tak cukup. “Dunia mesti stop penindasan dan kekerasan di Palestina,” pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: