Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendapatkan denda karena menolak untuk memberlakukan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 selama pandemi. Bolsonaro didenda karena gagal mematuhi peraturan keselamatan kesehatan dalam sebuah acara publik di negara bagian Maranhao.
Gubernur negara bagian Maranhao Flavio Dino mengatakan pada Jumat (21/5) malam bahwa otoritas kesehatan akan mengajukan kasus terhadap pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 yang dilakukan oleh Bolsonaro. Dalam pertemuan publik di Maranhao, Bolsonaro telah melanggar protokol kesehatan.
"Hukum berlaku untuk semua orang," ujar Dino dilansir Aljazirah, Minggu (23/5/2021).
Baca Juga: Di Brasil, Virus Corona Masih Mengganas! ICU Disesaki Anak-anak Muda karena...
Kantor presiden memiliki waktu 15 hari untuk mengajukan banding, setelah itu jumlah denda akan ditetapkan. Bolsonaro menolak seruan memberlakukan karantina wilayah nasional sebagai langkah untuk mencegah penyebaran virus corona.
Pada Jumat, Bolsonaro membagikan sertifikat properti perdesaan di Acailandia sekitar 500 kilometer dari Sao Luis, ibu kota negara bagian Maranhao. Selama acara tersebut, Bolsonaro tidak mengenakan masker dan mengecam Dino karena memberlakukan pembatasan sosial selama pandemi Covid-19.
Senat Brasil bulan lalu meluncurkan penyelidikan tentang langkah yang diambil Bolsonaro dan pemerintahnya dalam menanggapi pandemi Covid-19. Hal ini menambah tekanan politik kepada Bolsonaro menjelang pemilihan umum yang dijadwalkan pada tahun depan.
Baca Juga: Lewati 21 Hari, Lembaga Ini Beberkan Reaksi Vaksin Sinovac Lawan Covid-19 Brasil
Pada Jumat, senator yang memimpin penyelidikan menuduh Bolsonaro tidak pernah ingin membeli vaksin Covid-19. Bolsonaro berpendapat bahwa kekebalan kawanan dapat mengalahkan virus corona.
“Presiden pertama-tama menyangkal penyakit itu, menyebutnya flu, dan kemudian menentang isolasi sosial dan karantina. Kemudian dia mengecilkan penggunaan masker dan mendorong orang banyak untuk berkumpul. Mengapa demikian? Karena kekebalan kelompok. Inilah mengapa dia tidak pernah menginginkan vaksin," ujar Senator Renan Calheiros kepada Reuters.
Brasil menyetujui vaksin SinoVac dari China dan AstraZeneca dari Inggris untuk digunakan secara darurat pada Januari. Namun peluncuran vaksin tersendat karena penundaan dan kurangnya pasokan.
Hingga 18 Mei, hanya satu dari delapan orang dewasa Brasil yang telah menerima dua dosis suntikan vaksin Covid-19. Pejabat kesehatan masyarakat mengatakan mereka berharap dapat menerima bahan vaksin yang cukup dari China untuk memproduksi sebanyak 25 juta dosis.
Menurut data Universitas Johns Hopkins, Brasil mencatat lebih dari 446 ribu orang telah meninggal karena virus corona. Sementara, Brasil memiliki 15,9 juta kasus virus corona yang telah dikonfirmasi. Pakar kesehatan masyarakat telah memperingatkan bahwa gelombang virus corona selanjutnya di Brasil kemungkinan akan segera terjadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: