Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiga Program Televisi Masih di bawah Standar Kualitas KPI, Ini Dia...

Tiga Program Televisi Masih di bawah Standar Kualitas KPI, Ini Dia... Kredit Foto: Unsplash/Juan Ordonez

"Ini bukan soal rating program televisi. Tahun ini penilaianya sedang berlangsung kami mengkonfirmasi kembali penilaian yang sudah diberikan oleh panel ahli diantaranya orang ahli di bidang komunikasi, mereka tahu betul akan konteks dari program itu," ungkapnya.

Menurutnya, dalam proses penilaian suatu program acara televisi dalam indeks dinyatakan memenuhi standar bukan berarti mereka diberi sanksi karena ada tingkatannya dari teguran tertulis hingga rekomendasi pencabutan izin.

"Bentuk pelanggarannya kata para ahli panel contohnya di infotainment masih ada unsur adu domba," tegasnya.

Adapun, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, Dadang Rahmat Hidayat mengatakan dibutuhkan indikator yang tepat untuk mengatakan bahwa sebuah program televisi sudah berkualitas. Untuk itu, dengan standar penilaian tersebut dilakukan pengamatan terhadap berbagai program yang ada. 

Ada beberapa pelanggaran penyiaran selama ini, misalnya dalam tayangan infotainment yang sering muncul konflik personal dan tidak berhubungan dengan kepentingan publik atau terlalu menggali masalah personal yang tidak perlu diketahui publik. 

Selain itu, variety show yang terjebak pada seolah lucu tapi merendahkan sebagian dari aktornya. Oleh karena itu dibutuhkan indikator yang tepat. 

Untuk itu, peraturan yang perlu diperbaiki, kemudian konteks pengawasan siaran lalu pengawasan terhadap media yang dinilai belum paham atau tidak mau paham terhadap pedoman pelaku penyiaran serta masyarakat atau publik yang belum mempunyai literasi yang baik akan kualitas program acara televisi.

"Maka harus melaporkan program acara televisi yang tidak berkualitas karena kurangnya literasi masyarakat akan program televisi tersebut," ujarnya.

"Saya pikir ini penting supaya semua sepaham dan berupaya untuk meningkatkan kualitas penyiaran di Indonesia," tambahnya.

Dia menyebutkan tayangan tersebut berdampak langsung  seperti pembuly-an kekerasan yang dinilai wajar oleh sebagian masyarakat. 

"Jadi realitas media itu dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai realitas sesungguhnya. Termasuk setting panggung yang rerata masyarakat tidak menyadari hal itu," ujarnya.

Bagi masyarakat yang literasinya kurang baik maka tidak bisa membedakan mana realitas yang sebenarnya bisa berdampak negatif. Untuk itu, pihaknya mendorong terwujudnya media yang sehat dan paham regulasi dan manfaat bagi media itu sendiri.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: