Bekas Menterinya Trump Bicara Kebocoran Virus di Lab Wuhan dan Kegiatan Militer China
Di tengah dorongan global untuk menyelidiki asal-usul Covid-19, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan bahwa laboratorium Wuhan di China, tempat virus diyakini berasal, terlibat dalam aktivitas militer.
Pompeo, yang selama masa jabatannya, menyebut China sebagai tantangan terbesar saat ini, juga mengatakan bahwa Beijing menolak mengizinkan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengunjungi laboratorium Wuhan.
Baca Juga: Asal-Usul Virus Corona Wuhan Kembangkan 2 Teori Teranyar, Simak Selengkapnya
"Yang bisa saya katakan dengan pasti adalah ini: kami tahu bahwa mereka terlibat dalam upaya yang terkait dengan Tentara Pembebasan Rakyat di dalam laboratorium itu, jadi aktivitas militer yang dilakukan bersamaan dengan apa yang mereka klaim hanyalah penelitian sipil yang baik," kata Pompeo, dilansir Fox News, Senin (31/5/2021).
"Mereka menolak untuk memberi tahu kami apa itu, mereka menolak untuk menjelaskan sifat salah satu dari mereka, mereka menolak untuk mengizinkan akses ke Organisasi Kesehatan Dunia ketika mencoba masuk ke sana," katanya lebih lanjut.
Biden mendorong penyelidikan
Pemerintahan Donald Trump, di mana Pompeo menjadi Menteri Luar Negeri telah melontarkan tuduhan serius terhadap China dan mengklaim bahwa virus itu dibuat di dalam laboratorium China. Mantan Presiden AS Donald Trump juga kerap menyebut Covid-19 sebagai 'virus China'.
Sementara itu, tim WHO yang menyelidiki asal-usul Covid-19 dikabarkan tidak menemukan bukti bahwa virus tersebut bocor dari laboratorium Wuhan. Menurut salah satu anggota WHO, China menolak menyerahkan data kunci setelah wabah awal.
Pekan lalu, pemerintahan Biden mendorong penyelidikan teori kebocoran laboratorium. Beijing, bagaimanapun, membalas dengan mengatakan bahwa tuduhan itu adalah "konspirasi yang dibuat oleh badan intelijen AS" lapor New York Times Post.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto