Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Pandangan Dirut BRI Soal Bank Digital

Ini Pandangan Dirut BRI Soal Bank Digital Kredit Foto: BRI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kehadiran bank digital saat ini tak bisa dielakkan. Akan tetapi, kelahiran bank jenis baru ini tidak serta merta harus diikuti dengan musnahnya layanan bank konvensional. Kedua layanan perbankan ini harus berjalan beriringan demi manfaat besar untuk masyarakat.

Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan bahwa pada intinya, kehadiran bank digital membawa semangat agar lembaga keuangan bisa melayani masyarakat banyak dengan biaya dan cara semurah dan seefektif mungkin. Akan tetapi, kehadiran bank konvensional juga masih dibutuhkan karena proses perubahan cara pelayanan terhadap masyarakat tak bisa berubah drastis dalam waktu singkat.

Baca Juga: BRI Gelar Program Vaksinasi Gotong Royong untuk Karyawan dan Keluarganya

"Perbankan konvensional itu ingin sekali melayani masyarakat sebanyak mungkin dengan biaya semurah mungkin. Namun faktanya, layanan konvensional menghadapi dua tantangan: pertama adalah operational cost-nya itu tinggi, kedua operational risk-nya juga tinggi. Sekarang hal itu akan diatasi dengan bank digital," ujar Sunarso dalam keterangan tertulis kepada Warta Ekonomi, Kamis (3/6/2021).

Di masa mendatang, layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5-10 tahun lagi.

Fakta itu, jelas Sunarso, membuat kehadiran bank konvensional seperti BRI masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam perjalanannya, proses transformasi digital layanan perbankan juga turut berlangsung dan menunggu adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen bank digital.

"Kalau begitu apa yang perlu diatur? Menurut saya, satu adalah pengamanan operasionalnya bagi bank maupun nasabah. Dua, dengan digital seperti ini jangkauannya akan jadi lebih luas, bahkan mungkin borderless, sementara masing-masing negara kan punya kebijakan tentang tax. Kemudian kalau penduduk antarnegara itu bisa ber-banking secara online seperti ini, bagaimana perpajakannya? Itu juga salah satu hal yang perlu diatur," ujarnya.

Saat ini, BRI sebagai lembaga keuangan dengan jangkauan terluas di Indonesia telah memulai langkah pelayanan secara hybrid untuk masyarakat. Salah satu contohnya, layanan secara daring bisa didapatkan masyarakat dan nasabah melalui aplikasi BRImo. Melalui platform tersebut, pengajuan kredit dan pembukaan rekening baru di BRI bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit.

"Konversi BRI menjadi bank digital secara mendadak memiliki risiko yang besar. Untuk itu, BRI memilih tetap menjalankan fungsinya sebagai bank konvensional, tetapi proses bisnisnya didigitalkan. Sementara untuk layanan bank digital, tidak di BRI-nya langsung, tetapi melalui BRI Agro,"  tuturnya.

Perusahaan anak BRI ini, dijelaskan Sunarso, memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan cukup agile untuk jadikan digital attacker–digital bank.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: