Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Brasil Putuskan Pakai Vaksin Buatan Negaranya Vladimir Putin, Tapi dengan Syarat . . .

Brasil Putuskan Pakai Vaksin Buatan Negaranya Vladimir Putin, Tapi dengan Syarat . . . Kredit Foto: AFP/Getty Image/Fethi Belaid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan pengatur kesehatan Brasil, Anvisa, pada Jumat (4/6) memberikan izin bagi negara-negara bagian di negara itu untuk mengimpor vaksin Covid-19 Sputnik V yang merupakan buatan Rusia negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin. Namun izin impor disertakan syarat.

Dewan Anvisa, melalui hasil pemungutan suara 4-1 setelah melakukan musyawarah selama tujuh jam, setuju untuk mengeluarkan izin bersyarat. Persetujuan itu merupakan tindak lanjut dari rekomendasi yang disampaikan staf teknis sebelumnya pada hari yang sama.

Anvisa juga menyetujui, lagi-lagi dengan syarat, penggunaan vaksin Covaxin yang dibuat oleh Bharat Biotech, perusahaan swasta yang berbasis di Kota Hyderabad, India."Sputnik V akan tiba di Brazil pada Juli," demikian cicit Kirill Dmitriev, kepala eksekutif Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), lembaga yang memasarkan vaksin Sputnik V di luar negeri.

Baca Juga: Putin Banding-bandingkan Vaksin Sputnik V dengan AK-47, Apa Maksudnya?

Dalam cicitan menyangkut Sputnik V, Brasil disebut menjadi negara ke-67 yang mengesahkan vaksin tersebut.Sebelumnya pada Jumat, staf teknis Anvisa merekomendasikan agar penggunaan Sputnik V disetujui --namun pada kondisi-kondisi tertentu, seperti hanya diberikan pada orang dewasa yang sehat.

Lampu hijau itu muncul setelah Anvisa pada akhir April menolak impor vaksin Sputnik V seperti yang diminta oleh gubernur negara-negara bagian yang sangat ingin mendapatkan pasokan vaksin.--atau 10 persen dari populasi-- yang sudah mendapatkannya.Sejak pandemi mulai muncul, Brazil telah mencatat 16,84 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi dan lebih dari 470.000 kematian.Angka harian kematian akibat COVID-19 telah menurun dari puncak gelombang kedua pada April, namun masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan catatan terburuk pada 2020.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: