Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyayangkan terjadinya lonjakan kasus positif secara nasional yang tembus 8.000 kasus dalam sehari. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Februari 2021.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, lonjakan ini menjadi peringatan keras bagi semua pihak.
Dia meminta seluruh pihak melakukan evaluasi dan bersiap diri menghadapi kemungkinan kenaikan kasus yang lebih tinggi ke depannya.
“Sangat disayangkan, kemarin untuk pertama kalinya kita kembali menyentuh angka kasus harian lebih dari 8.000,” sesal Wiku saat konferensi pers, kemarin.
Baca Juga: 4 Langkah Tangani Lonjakan Covid-19 di Kudus | Infografis
Baca Juga: Satgas: Belum Ada Varian Baru Covid-19 di Madura
Satgas mencatat, provinsi-provinsi di Pulau Jawa menyumbangkan kenaikan kasus yang sangat signifikan dalam beberapa hari terakhir ini.
Di Jawa Tengah, kenaikan kasus dalam 10 hari terakhir ini, bahkan mencapai 80 persen. Sedangkan angka keterisian tempat tidur alias Bed Occupancy Rate (BOR) di ruang isolasi rumah sakit (RS) rujukan di daerah ini mencapai 66,89 persen.
Kemudian DKI Jakarta, mengalami kenaikan kasus yang paling signifikan. Dalam 10 hari, kenaikan kasus bahkan mencapai lebih dari 302 persen. Sedangkan angka BOR di provinsi ini mencapai 62,13 persen.
Sementara, di Jawa Barat tercatat adanya kenaikan kasus sebesar 49 persen dengan angka BOR sebesar 61,75 persen. Kemudian, di Jawa Timur, kenaikan kasus sebesar 89 persen dengan angka BOR mencapai 31,57 persen.
Lalu di Yogyakarta, kasus hariannya meningkat cukup tajam yaitu 107 persen dari yang sebelumnya hanya bertambah 219 kasus per hari. Namun, di tanggal 10 kemarin kasusnya bertambah 455 dalam 1 hari. BOR di Yogyakarta mencapai 54,38 persen.
Terakhir, Banten, yang mengalami peningkatan kasus sebesar 57 persen dengan BOR sebesar 53,87 persen.
Ditambahkan Wiku, kenaikan kasus juga terlihat di rumah sakit darurat Wisma Atlet Jakarta. Angka BOR per kemarin telah mencapai 67,05 persen.
Selain melihat dari data angka BOR, indikator yang juga dilihat adalah banyaknya pasien yang masuk harian di Wisma Atlet.
“Hal ini dapat menggambarkan kegawatan yang terjadi karena semakin tinggi pasien harian yang masuk, maka semakin menunjukan kegawatan situasi,” wanti-wanti Wiku.
Tempat isolasi terpusat Wisma Atlet ini mencatatkan, kenaikan kasus hingga 359 persen, yakni dari sebelumnya 125 pasien masuk dalam satu hari, menjadi 574 pasien (11/6).
Berdasarkan data per 8 Juni, pasien yang masuk ke Wisma Atlet pada tanggal tersebut didominasi dari Kecamatan Cipayung, Kecamatan Ciracas, dan Kecamatan Pasar Minggu.
Wiku menegaskan, peningkatan pasien masuk harian dan juga BOR di Wisma Atlet ini juga menjadi alarm keras bagi seluruh pihak. Ia pun meminta Pemerintah Daerah (Pemda) agar tak terus menerus mengandalkan Wisma Atlet sebagai buffer dari fasilitas pelayanan Covid-19.
“Antisipasi kenaikan kasus dan peningkatan BOR di wilayah Jakarta dan sekitarnya tetap harus dilakukan agar dapat meminimalisir kemungkinan penuhnya rumah sakit dan Wisma Atlet secara bersamaan dan pasien Covid-19 tidak dapat ditangani,” imbaunya.
Sampai saat ini, Wiku menyatakan belum bisa memastikan varian virus yang menyebabkan lonjakan kasus yang terjadi dalam beberapa pekan pasca Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah.
Sejauh ini, penyebaran varian baru yang ditemukan di beberapa daerah belum sampai meluas menjadi skala nasional.
Karena itu, dia menduga, lonjakan kasus ini disebabkan oleh mobilitas penduduk selama Ramadan dan Lebaran.
“Intinya, varian baru memang ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, kasusnya juga meningkat, tetapi ini kaitannya langsung yang terlihat sementara ini adalah dari peningkatan aktivitas Lebaran dan Idul Fitri,” terang Guru Besar Universitas Indonesia (UI) ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: