Raih Pendanaan Tahap Awal, Startup Finantier Perkuat Kehadiran di Indonesia dan Asia Tenggara
Finantier, startup Open Finance Asia Tenggara yang menyediakan platform application programming interface (API) bagi institusi keuangan dalam mengakses dan menganalisa data finansial konsumen, telah meraih pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Global Founders Capital (GFC) dan East Ventures (EV).
Pendanaan sebesar 7-digit ini melebihi target perusahaan dan diperoleh pada valuasi post-money sebesar lebih dari 20 kali dibandingkan valuasi pre-seed di bulan November 2020. Perusahaan berencana meningkatkan dan memperbesar penawaran produk Finantier, melakukan ekspansi di Indonesia dan sekitarnya, serta menambah jumlah karyawan dari pendanaan ini.
Baca Juga: Kantongi Pendanaan 7 Digit, Finantier Rencana Ekspansi di Indonesia
Beberapa investor lain yang terlibat dalam pendanaan ini di antaranya, kelompok investor ternama seperti Future Shape, perusahaan investasi dan penasihat yang didirikan oleh Tony Fadell, co-inventor dari iPhone, Partech Partners, Saison Capital, dan GMO VenturePartners. Selain itu, beberapa investor terdahulu yang juga terlibat diantaranya, AC Ventures, Y Combinator, Genesia Ventures, Two Culture Capital dan sejumlah angel investor ternama lainnya.
Finantier sebelumnya berpartisipasi dalam batch musim dingin 2021 Y Combinator. Sejak awal tahun, perusahaan telah menambah timnya lebih dari lima kali menjadi 50 karyawan, dan memperbanyak klien serta kemitraan hingga lebih dari 50% per bulannya. Finantier juga memperkuat dewan penasihatnya dengan merekrut Francesco Simoneschi, Co-Founder dan CEO Truelayer bergabung dalam jajaran kelompok penasihatnya.
Pada tahap pendanaan ini, Co-Founder dan COO Finantier, Edwin Kusuma mengungkapkan Finantier memberikan kemudahan akses ke layanan keuangan untuk orang yang tidak memiliki rekening bank. “Dengan adanya akses ke layanan keuangan, kami dapat membantu mereka dan orang yang mereka cintai untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Mulai dari warung-warung pinggir jalan (UKM) hingga pekerja gig economy dapat memperoleh keuntungan dari jejak data digital mereka,” ungkap Edwin.
Menurut data Bank Indonesia di East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021, lebih dari separuh populasi (yaitu sekitar 90 juta orang dewasa) belum memiliki akses terhadap produk perbankan. Hal ini membatasi institusi keuangan Indonesia untuk mengakses data perbankan dan data finansial konsumen, sehingga menghambat mereka dalam menyediakan layanan keuangan seperti pembayaran, pinjaman, dan asuransi.
“Meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia sangatlah penting mengingat banyaknya orang yang belum memiliki akses ke lembaga keuangan. Dengan akses yang lebih baik ke layanan keuangan, mereka bisa hidup dengan lebih baik dan dapat ikut meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Kami punya harapan untuk Finantier sejak awal dan yakin bahwa mereka berperan penting dalam mewujudkan harapan tersebut dengan menghubungkan mereka yang tidak memiliki akses keuangan ke fintech dan institusi keuangan di berbagai negara,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq