Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bagaimana Open Finance API Dukung Perkembangan Bank Digital

Bagaimana Open Finance API Dukung Perkembangan Bank Digital Kredit Foto: Finantier
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank digital merupakan pendekatan baru di industri perbankan yang menawarkan berbagai layanan seperti tabungan hingga kredit melalui aplikasi. Tidak hanya sebagai sarana transaksi, aplikasi mobile yang dihadirkan bank digital juga membantu pengguna dalam proses onboarding—mulai dari pendaftaran sampai dengan e-KYC (Know Your Customer). Karena semua dilakukan secara online, bank digital juga tidak mengandalkan kantor cabang untuk proses administrasi.

Menurut laporan McKinsey & Company (2019) potensi adopsi bank digital di Indonesia cukup tinggi. Dari survei terhadap 339 responden di Indonesia, lebih dari separuh menyatakan tertarik untuk menggunakan aplikasi bank digital ke depannya.

Perkembangan dan tantangan bank digital di Indonesia

Bank digital di Indonesia lahir dari dua pendekatan utama. Pertama, sebagai bentuk konversi layananan dari bank konvensional yang ada sebelumnya. Kedua, unit usaha baru (anak usaha) dari bank besar yang ditujukan untuk menyasar segmen konsumen yang belum terlayani sebelumnya.

Menariknya, ekosistem bank digital Indonesia saat ini bersinergi intensif dengan berbagai platform fintech. Bahkan, beberapa di antara perusahan fintech ini menjadi inisiator dari bank digital tersebut dengan melakukan akuisisi terhadap bank konvensional untuk dibawa ke ranah digital.

Menurut laporan DSInnovate (2021), ditinjau dari model bisnisnya saat ini bank digital Indonesia terbagi ke dalam beberapa segmen sebagai berikut:

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, dalam wawancaranya pada Kontan, melihat ekosistem bank-bank digital memang semakin meluas seiring dengan variatifnya investor strategis yang masuk ke bank tersebut. Ekosistem bank akan terbentuk dengan memanfaatkan jaringan bisnis investor.

Senada dengan pernyataan tersebut, Piter Abdullah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, juga memandang bank yang tidak punya ekosistem digital bakal kalah bersaing ke depan. Menurutnya, ekosistem digital itu adalah syarat utama bagi bank digital bisa bersaing.

Peran Open Finance dalam mendukung perkembangan bank digital

Satu hal yang menjadi ciri khas dari bank digital adalah integrasi dengan layanan digital lainnya. Berbagai bank digital telah memposisikan dirinya menjadi mitra finansial bagi berbagai aplikasi.

Untuk bisa terhubung, maka konsep Open Banking banyak diberlakukan. Mekanisme ini memungkinkan layanan bank untuk terhubung ke mitra melalui sambungan API yang aman di backend aplikasi. Sehingga dari sisi end-user, mereka bisa mendapatkan pengalaman layanan finansial yang disuguhkan tanpa harus berpindah aplikasi.

Dalam memudahkan proses integrasi yang terjadi, pengembang layanan Open Finance pun hadir. Finanter adalah pengembang platform Open Finance terdepan di Asia Tenggara, dengan misi untuk menghadirkan layanan infrastruktur yang relevan bagi pengembang layanan digital agar bisa menghadirkan produk-produk keuangan yang relevan bagi pelanggannya secara efektif dan efisien.

Produk Finantier yang dapat dimanfaatkan penyedia layanan keuangan digital

Melalui produk yang dimilikinya, Finantier dapat menghubungkan penyedia layanan keuangan seperti banking dan fintech untuk dapat terintegrasi pada berbagai mitra dan penyedia platform digital melalui Open Finance API. Saat ini, Finantier memiliki 4 produk yang siap menjembatani bank digital dengan layanan Open Finance API yakni Credit Scoring, Income and Identity Verification, Account Aggregation, dan Recurring Payments. Keempatnya sudah tentu memiliki fungsi dan keunggulan masing-masing untuk membantu operasional bank digital.

Misalnya saja, pada produk Credit Scoring, Finantier melalui sambungan API pada backend layanan keuangan, akan membantu proses penilaian kemampuan kredit calon pengguna. Dengan open finance, data yang diambil—dengan izin pengguna, akan berasal dari berbagai platform keuangan milik konsumen. Sehingga pada proses pengajuan kredit, penilaian yang diberikan akan lebih akurat.

Selain itu, melalui produk Income and Identity Verification, penyedia layanan keuangan digital juga dapat memanfaatkan salah satu fiturnya seperti e-KYC sebagai proses identifikasi calon nasabah. Hal ini tentu akan mengurangi risiko adanya fraud pada proses verifikasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: