Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Luar Biasa! Selain Banyak Manfaat, Porang Juga Bisa Tumpangsari dengan Kelapa Sawit!

Luar Biasa! Selain Banyak Manfaat, Porang Juga Bisa Tumpangsari dengan Kelapa Sawit! Kredit Foto: Antara/Adeng Bustomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti dan Pemerhati Bidang Pertanian, Dr. Agus Susanto mengungkap Presiden Joko Widodo telah menyambut porang sebagai komoditi dari Indonesia. Ia juga menilai porang memiliki banyak manfaat, selain untuk tubuh manusia juga untuk perekonomian bangsa.

Banyak orang melihat porang sama dengan iles-iles, padahal sangat berbeda. Sementara itu, yang diolah dari tanaman porang adalah umbinya. Selain itu, yang membedakan dari porang, iles-iles, walur dan suweg adalah porang memiliki glukomanan serta serat batang yang berwarna hijau terang dengan bercak putih memanjang ke atas.

Baca Juga: Budidaya Porang Makin Banyak, Hey Petani Porang, Tolong Jangan Naikkan Harga Terlalu Ekstrem!

Lalu, dalam webinar "Prospek pengembangan tanaman Kelapa Sawit dan Porang dengan pola tumpang sari”,  adapun kandungan utama porang yaitu kaya serat sehingga cocok untuk diet, menurunkan kolesterol dan gula darah, mencegah kanker dan mengatasi sembelit, batang semu porang dapat mengobati vertigo, selain itu juga menjadi bahan baku lem ramah lingkungan dan bahan campuran kertas yang kuat dan tahan lama.

Tak sampai disitu, kehebatan porang juga dapat membuat perekat kapsul obat, membuat bahan waterproff, pengental es krim, bahan pembuat mie shirataki, isolator listrik, penjernih air hingga pengganti agar-agar.

Ada beberapa siklus pertumbuhan porang, yaitu pertama siklus vegetatif dan siklus generatif. Siklus vegetatif  terjadi  apabila umbi menghasilkan tangkai dan lamina, sedangkan silus generatif terjadi apabila umbi menghasilkan bunga, buah, dan biji.

Untuk melakukan budidaya tanaman porang, porang dapat tumbuh pada ketinggian 3-1.000 mdpl dengan suhu 25-35 derajat celcius, serta curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun. Lalu, tanaman porang ditanam dengan jerak tanam 25 x 25 cm dengan jumlah 40.000 pohon/hektar. Tekstur tanah yang digunakan ringan hingga sedang, gembur, subur, dengan kandungan bahan organik tinggi serta udara yang baik.

Lebih lanjut, kelembapan tanah yang digunakan yakni tanah yang lembab. Jika tanah yang lembab membantu pertumbuhan porang dengan baik, maka umbi yang tumbuh juga akan besar.

Untuk diketahui, tanaman porang juga dapat tumbuh baik di bawah naungan karet, sengon, kelapa sawit dan hutan jati dengan perladangan kisaran 50-60 persen.

Untuk mempersiapkan tanaman porang yang baik, langkah pertama siapkan bibit terlebih dahulu, lalu pengolaan tanah, penanaman, naungan, perawatan, panen, hingga pengolahan pasca panen. Adapun sumber bibit porang berasal dari katak (umbi daun), umbi, polibag, stek daun hingga biji. Secara umum, pemilihan bibit ini tergantung tujuannya.

Pengolahan lahannya pun dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah, pembuatan bedengan, pemberian dolomit jika pH tanah rendah dan pemberian pupuk dasar seperti kotoran hewan, daun-daunan dan limbah buah dan sayur, dan lain sebagainya.

Waktu penanamannya pun tanam di awal musim penghujan, dengan lubang kedalaman 10 cm. Adapun naungannya yakni di bawah pohon karet, kelapa sawit, mahoni, sengon, dll. Perawatannya pun bisa menggunakan dua metode yaitu manual dengan pembersihan lahan atau dengan mulsa untuk mencegah pertumbuhan gulma. Pemanenan umbi porang dilakukan dengan cara mengambil umbi yang dihasilkan pada musim kemarau, setelah masa vegetatif tiga kali dan masa istirahat dua kali.

Sementara untuk panen katak porang bisa dilakukan setelah porang berusia enam bulan ditanam di lapangan. Karena itulah, terkadang petani menjual katak porang dan chips (porang kering). Chips ini dapat digunakan untuk membuat tepung porang, tepung glukomanan hingga mie dan beras shirataki. Karena itu, prospek binis porang sangat tinggi. Dengan modal Rp100 juta bisa mendapat kembali Rp700-800 juta per hektare. Tanaman porang pun cenderung mudah ditanam dibandingkan dengan tanaman lainnya.

Adapun potensi ketahanan porang dengan pola tumpansari. Selama ini, tumpansari di kelapa sawit yaitu padi, jagung, kedelai, semangka, singkong dan sorgum. Dan syarat dari tanaman tumpangsari yaitu  cepat menghasilkan, laku, hasil tinggi dan harga bagus, mudah teknis budidaya, mudah perawatan dan sedikit tenaga kerja.

Lantas, apakah porang cocok? Ya, porang cocok dengan pola tumpangsari kelapa sawit. Berikut lima lasan menanam porang yaitu:

  1. Mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena dibutuhkan industri pangan
  2. Mudah dan minim perawatan
  3. Daya adaptasi yang tinggi
  4. Banyak bagian yang dapat diambil seperti umbi, katak/bulbil, stek daun, kultur jaringan hingga biji
  5. Mudah pengolahan dan dapat disimpan

Karena itu, berdasarkan penelitian, Dr. Agus mengungkap bahwa tumpangsari porang sawit tidak mengganggu panen dan dapat tumbuh dengan baik. Meski demikian, masih diperlukan penampungan atau pabrik pengolahan di sentra kelapa sawit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: