Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Turun Kelas Menjadi Kelas Menengah ke Bawah, INDEF: Ada Juga Negara yang Naik Kelas

Indonesia Turun Kelas Menjadi Kelas Menengah ke Bawah, INDEF: Ada Juga Negara yang Naik Kelas Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) menyebut meski Indonesia pada tahun 2019 sempat naik peringkat dari negara pendapatan menengah (lower middle income) menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income), namun di tahun 2020 mengalami penurunan kembali menjadi kelas negara dengan pendapat menengah ke bawah (lower middle income).

“Hal itu seiring dengan kisaran nilai GNI per kapita dari World Bank pada 1 Juli 2020 negara kelas lower middle income antara 1.035-4.045 dolar. Terbaru 1 Juli 2021 terjadi perubahan di kelas yang sama lower middle income menjadi 1.046-4.095 dolar,” ujar Ahmad Heri Firdaus, peneliti Center of Industry, Trade, and Invesment INDEF, dalam diskusi virtual bertajuk Pandemi Tak Tuntas Indonesia Turun Kelas, Selasa (13/7/2021).

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Melanda, Indef Sebut Terjadi Kenaikan Angka Kemiskinan dan Pengangguran

Hal ini disebabkan Indonesia pada 1 Juli 2020 memiliki nilai GNI per kapita sebesar 4.050 dolar, di 1 Juli 2021 mengalami penurunan nilai GNI per kapita sebesar 3.870 dolar yang kemudian membuat Indonesia turun kelas dari negara berpenghasilan menengah ke atas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Indonesia tidak sendirian, negara seperti Belize, Samoa, dan Iran juga bernasib sama sebagai negara yang mengalami penurunan kelas dari negara berpenghasilan menengah ke atas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Negara Belize misalnya nilai GNI per kapita pada 1 Juli 2020 semula berada pada angka 4.450 dolar, per 1 Juli 2021 menurun menjadi 3.970 dolar; negara Samoa nilai GNI per kapita pada 1 Juli 2020 yang semula berada pada angka 4.180 dolar, per 1 Juli 2021 menurun menjadi 4.070 dolar; negara Iran nilai GNI per kapita pada 1 Juli 2020 yang semula berada pada angka 5.240 dolar, per 1 Juli 2021 mengalami penurunan secara drastis yakni sebesar 2.870 dolar.

“Di tengah tren turunnya kelas negara secara dominan, uniknya terdapat beberapa negara lainnya yang bertahan di kelasnya. Bahkan ada juga yang naik kelas,” ungkapnya.

Negara tersebut di antaranya adalah Haiti dari negara berpendapatan rendah (low income) menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income). Sedangkan nilai GNI per kapita pada 1 Juli 2020 yang semula pada angka 790 dolar, per 1 Juli 2021 mengalami kenaikan sebesar 1.250 dolar.

Berikutnya, Haiti dari negara berpendapatan rendah (low income) menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income). Sedangkan nilai GNI per kapita pada 1 Juli 2020 yang semula pada angka 1.030 dolar, per 1 Juli 2021 mengalami kenaikan sebesar 1.060 dolar.

Kemudian, Moldova dari negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income) menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income). Sedangkan nilai GNI per kapita pada 1 Juli 2020 yang semula pada angka 4.560 dolar, per 1 Juli 2021 mengalami kenaikan sebesar 4.570 dolar.

“Namun sayangnya Indonesia kebagian yang turun level,” ujarnya.

Sementara itu Ekonomi Senior INDEF, Didin S. Damanhuri mengatakan negara Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia berada pada level negara berpendapatan rendah (low income) hingga awal tahun 1970.

Kini, Malaysia berada pada level negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income) dengan GNI per kapita di tahun 2020 sebesar 10.580 dolar. Sedangkan Korea Selatan berada pada level negara berpendapatan tinggi (high income) dengan GNI per kapita di tahun 2020 mencapai 32.860 dolar.

“Sebenarnya tidak bisa apple to apple kalau dilihat struktur sosial ekonominya, karena penduduk kita sekarang berjumlah hamper 280 juta kemudian Korsel dan Malaysia hampir sama 30-an juta. Tidak bisa dibandingkan negara kepulauan dengan penduduk yang hiterogenitas di dunia dengan Malaysia secara entisitas dominasi Malayu dan Cina. Korsel lebih homogen. Tapi perbandingan dimulai tahun 1970-an menunjukan keterlambatan kita,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: