Dalam situasi yang serba sulit ini, ternyata ada sejumlah perusahaan dan merek yang usianya lebih dari 100 tahun dan saat ini tetap berkibar, baik itu perusahaan swasta nasional maupun BUMN. Untuk perusahaan swasta ada PT Pura Barutama (didirikan Ong Djing Tjong pada 1908), PT Aneka Gas Industri Tbk. (1916), PT Tiga Raksa Satria Tbk. (1919), dan PT PT Grand Kartech Tbk. (1921). Sementara itu, untuk merek yang telah berusia 100 tahun, di antaranya ada Kopi Warung Tinggi, Kecap Benteng Teng Giok Seng, Kecap Cap Orang Jual Sate, Jamu Iboe, Minyak Gosok Cap Tawon, Dji Sam Soe, Soda Cap Badak, dan Peci M. Iming.
BUMN yang masuk dalam kelompok usia 100 tahun daftarnya lebih panjang lagi. Malahan, ada yang telah berusia lebih dari 200 tahun, antara lain PT Pindad (Persero) dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Di samping itu, perusahaan pelat merah di barisan centinneal merupakan pemain utama di industri masing-masing, misalnya PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero), PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Bio Farma (Persero) Tbk., dan PT Pegadaian (Persero) Tbk.
Deretan merek produk atau perusahaan hebat versi majalah SWA ini mendapat apresiasi Indonesia Living Legend Companies dan Indonesia Living Legend Brands yang tiap tahun diadakan dan berubah nama-nama perusahaan yang masuk kategori. Untuk Indonesia Living Legend Companies dan Indonesia Living Legend Brands tahun 2021, selain diberikan penghargaan juga diselenggarakan webinar pada Rabu, 28 Juli 2021 pukul 14.00-17.00 WIB melalui Zoom dan YouTube.
Dalam webinar gratis ini ada empat pembicara, mereka adalah Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Direktur Pelaksana PT Nojorono Tobacco International Arief Goenadibrata, Direktur Utama Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin dan Direktur PT Mulia Knitting Factory Hanan Supangkat.
Para pembicara ini menyodorkan resep agar perusahaan tetap kuat, sehat dan tangkas di usia 50+. Maklum, melewati usia 50 tahun atau lebih dengan kondisi perusahaan tetap sehat dan perkasa bagi perusahaan-perusahaan asli Indonesia tersebut bukanlah prestasi yang kebetulan. Apalagi di tengah badai pandemi Covid-19 dan disrupsi teknologi tidaklah mudah dihadapi bagi perusahaan-perusahaan Indonesia. Namun, mereka tetap tegar dan kokoh berdiri dengan kinerja yang jempolan. Inilah rahasia yang mereka paparkan secara gamblang dalam forum webinar yang atraktif diadakan SWA.
Lantas, bagaimana caranya agar perusahaan-perusahaan atau merek produk dapat masuk dalam Indonesia Living Legend Companies dan Indonesia Living Legend Brands versi majalah SWA? Kemal Effendi Gani, Group Chief Editor SWA mengatakan, perusahaan dan merek harus memiliki umur minimal 50 tahun, terus berkembang dan menjadi pemain utama di industrinya, atau di kategorinya (untuk merek). Jadi, perusahaan tersebut tetap tangguh, sehat, dan lincah.
Pertanyaannya, bagaimana perusahaan bisa bertahan begitu lama? Menurut pengamat bisnis dari Inventure, Yuswohady, yang paling mendasar adalah kultur, atau disebut juga core values, yang kuat. Bentuk kultur ini bermacam-macam, misalnya inovatif, adaptif, punya operational excellence, dan kolaboratif.
Menurut Yuswohady, jika perusahaan sudah berusia lebih dari 50 tahun, fondasi yang paling mendasar adalah kultur. Biasanya kalau perusahaan tersebut bertahan, kultur mereka sebetulnya sudah terbentuk. Kultur itulah yang juga menjadi landasan untuk bisa melanjutkan transformasi secara terus-menerus. Masalah strategi, digitalisasi, dan operasional memang penting, tetapi yang paling mendasar adalah kultur yang sudah terbentuk.
Meskipun begitu, lanjut Yuswohady, bukan berarti kultur adalah sesuatu yang sengaja dibentuk. Menurutnya, kultur itu mau diarahkan atau tidak, pasti akan terbentuk. Dan, dia menduga perusahaan yang disebut “Living Legend” ini membentuk kultur dengan evolving. Artinya, kultur ini dibentuk oleh karakter pendiri (founder) atau leader yang kuat, sehingga ia bisa mewarnai nilai-nilai yang ada di dalam organisasi.
Memang tidak banyak perusahaan atau merek yang bisa disebut legendaris. Di Indonesia, memang belum ada gambaran berapa rata-rata umur perusahaan. Namun, kalau secara global, kita bisa merujuk hasil riset Arie de Geus, penulis buku The Living Company (1997). Bersama timnya, pada 1990-an ia menemukan fakta bahwa harapan hidup rata-rata (average life expectancy) perusahaan multinasional yang masuk daftar Fortune 500 hanya berkisar 40-50 tahun.
Fakta lainnya, sekitar sepertiga dari perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 pada 1970 lenyap ditelan masa pada 1983, baik karena diakuisisi, merger, maupun bubar. Jadi, perusahaan yang bisa menembus usia 50 tahun, bahkan 100 tahun hingga 200 tahun, kehebatannya tidak diragukan lagi.
Perusahaan-perusahaan dengan karakter seperti itulah yang mampu bertahan dan terus tumbuh di tengah tantangan berat yang dihadapi, yang pada akhirnya mampu memperpanjang usianya. Tentu, kita berharap, deretan perusahaan dan merek Indonesia yang masuk dalam Living Legends semakin panjang, bahkan berusia hingga ratusan tahun, karena ini merupakan kekayaan yang luar biasa bagi negara kita.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: